PHYLOPOP.com - Tampaknya, dinamika politik Jakarta menjelang Pemilukada semakin memanas. Kampanye para kandidatpun sudah mulai saling menyerang bahkan menjatuhkan. Sebut saja yang terjadi antara Foke-Nara dan Hendardji-Rija.
Kedua pasangan ini saling menyerang. Hendardji-Rija menyerukan slogan "Jakarta Jangan Berkumis", yang artinya jangan berantakan, kumuh, dan miskin. Jargon tersebut membuat tim sukses Foke-Nara tersindir. Slogan tersebut dinilainya sebagai ajang kampanye hitam yang merugikan pihak Foke-Nara. Lagipula, "kumis" sudah sangat melekat dengan pribadi Foke.
Sebaliknya, pasangan Hendardji-Rija mengkritik cara tim Foke-Nara berkampanye melalui jargonnya yang berbunyi "Pilih Yang Berpengalaman! Jangan Coba-coba!". Jargon tersebut dinilai tim Hendardji-Rija sebagai cara yang tidak elegan karena secara terang-terangan menjatuhkan calon lain. Terlebih jargon tersebut dinilai sangat menguntungkan sepihak bagi pasangan incumbent.
Terlepas dari cara apapun yang dilakukan para tim sukses untuk mengusung keunggulan calon masing-masing, semoga cara-cara yang tidak elegan dan saling menjatuhkan tidak lagi terjadi. Cara demikian kurang etis ditunjukkan pada warga Jakarta khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya karena sama sekali tidak mendidik dan hanya membodohi rakyat yang sedang giat membangun mind set berdemokrasi yang sehat dan bermartabat.
Siapa pun kelak yang terpilih harus bisa mengatasi masalah Jakarta yang kian hari semakin kompleks. Demikian salam Phylovers!
Kedua pasangan ini saling menyerang. Hendardji-Rija menyerukan slogan "Jakarta Jangan Berkumis", yang artinya jangan berantakan, kumuh, dan miskin. Jargon tersebut membuat tim sukses Foke-Nara tersindir. Slogan tersebut dinilainya sebagai ajang kampanye hitam yang merugikan pihak Foke-Nara. Lagipula, "kumis" sudah sangat melekat dengan pribadi Foke.
Sebaliknya, pasangan Hendardji-Rija mengkritik cara tim Foke-Nara berkampanye melalui jargonnya yang berbunyi "Pilih Yang Berpengalaman! Jangan Coba-coba!". Jargon tersebut dinilai tim Hendardji-Rija sebagai cara yang tidak elegan karena secara terang-terangan menjatuhkan calon lain. Terlebih jargon tersebut dinilai sangat menguntungkan sepihak bagi pasangan incumbent.
Terlepas dari cara apapun yang dilakukan para tim sukses untuk mengusung keunggulan calon masing-masing, semoga cara-cara yang tidak elegan dan saling menjatuhkan tidak lagi terjadi. Cara demikian kurang etis ditunjukkan pada warga Jakarta khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya karena sama sekali tidak mendidik dan hanya membodohi rakyat yang sedang giat membangun mind set berdemokrasi yang sehat dan bermartabat.
Siapa pun kelak yang terpilih harus bisa mengatasi masalah Jakarta yang kian hari semakin kompleks. Demikian salam Phylovers!
Posting Komentar