Sembilan provinsi di Indonesia saat ini dinyatakan sebagai daerah bebas penyakit rabies, kata Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Pudjiatmoko.
"Ke-9 provinsi itu adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk menjadi daerah bebas rabies tidak mudah, karena ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
"Persyaratan itu adalah selama dua tahun terakhir di daerah itu tidak ditemukan kasus rabies. Setelah dua tahun kemudian disurvei lagi untuk menentukan daerah itu benar-benar bebas rabies," katanya.
Ia mengatakan, daerah yang masih menjadi endemik penularan rabies meliputi Bali, Pulau Nias, Ketapang, Buru Selatan, dan beberapa kabupaten di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, dan Garut.
"Khusus di Bali, rabies sampai saat ini tidak bisa tertangani dengan baik, karena tidak optimalnya proses vaksinasi dan eliminasi hewan yang terinfeksi. Padahal, semua anjing wajib divaksinasi baik daerah tertular maupun terancam," katanya.
Selanjutnya, dilakukan penyisiran ulang daerah yang sudah mendapat vaksinasi. Jika ditemukan satu kasus rabies, maka dalam radius 10 kilometer dari daerah tempat ditemukan rabies itu harus mendapat perlakuan khusus.
Menurut dia, pihaknya juga menggandeng aparat kepolisian dan tentara untuk membantu menuntaskan kasus rabies di Bali.
"Petugas kesehatan hewan akan dibantu polisi dan tentara dalam melakukan eliminasi dengan cara menembak mati hewan yang terkena rabies. Kami berharap dalam satu bulan ke depan bisa selesai," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah menargetkan dalam lima tahun ke depan mampu menuntaskan 1.000 kasus rabies. Setiap tahun diharapkan bisa mengurangi 200 daerah yang terkena kasus rabies.
"Kami sudah menyiapakan dua juta vaksin rabies per tahun. Kami menargetkan pada 2015 tidak ditemukan lagi kasus rabies di Indonesia," katanya. (antara).
"Ke-9 provinsi itu adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk menjadi daerah bebas rabies tidak mudah, karena ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
"Persyaratan itu adalah selama dua tahun terakhir di daerah itu tidak ditemukan kasus rabies. Setelah dua tahun kemudian disurvei lagi untuk menentukan daerah itu benar-benar bebas rabies," katanya.
Ia mengatakan, daerah yang masih menjadi endemik penularan rabies meliputi Bali, Pulau Nias, Ketapang, Buru Selatan, dan beberapa kabupaten di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, dan Garut.
"Khusus di Bali, rabies sampai saat ini tidak bisa tertangani dengan baik, karena tidak optimalnya proses vaksinasi dan eliminasi hewan yang terinfeksi. Padahal, semua anjing wajib divaksinasi baik daerah tertular maupun terancam," katanya.
Selanjutnya, dilakukan penyisiran ulang daerah yang sudah mendapat vaksinasi. Jika ditemukan satu kasus rabies, maka dalam radius 10 kilometer dari daerah tempat ditemukan rabies itu harus mendapat perlakuan khusus.
Menurut dia, pihaknya juga menggandeng aparat kepolisian dan tentara untuk membantu menuntaskan kasus rabies di Bali.
"Petugas kesehatan hewan akan dibantu polisi dan tentara dalam melakukan eliminasi dengan cara menembak mati hewan yang terkena rabies. Kami berharap dalam satu bulan ke depan bisa selesai," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah menargetkan dalam lima tahun ke depan mampu menuntaskan 1.000 kasus rabies. Setiap tahun diharapkan bisa mengurangi 200 daerah yang terkena kasus rabies.
"Kami sudah menyiapakan dua juta vaksin rabies per tahun. Kami menargetkan pada 2015 tidak ditemukan lagi kasus rabies di Indonesia," katanya. (antara).
Posting Komentar