Lukisan "Bank of Seine" karya Vincent van Gogh |
Kini, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi sebuah reaksi kimia kompleks yang bertanggung jawab atas rusaknya dua lukisan Van Gogh dan seniman akhir abad ke-19 lainnya. Penemuan itu adalah sebuah langkah awal untuk memahami cara menghentikan memudarnya warna kuning cerah pada lukisan tua. Untuk sementara, studi itu menyarankan lukisan tersebut dijauhkan dari cahaya matahari dan ultraviolet.
Riset yang dilakukan oleh sebuah tim internasional dari empat negara yang dipimpin oleh Koen Janssens dari Antwerp University, Belgia, itu mencoba mengungkap rahasia reaksi kimia di balik meredupnya warna tersebut. Sebuah peralatan analitik canggih, termasuk synchrotron sinar-X di ESRF, Grenoble (Prancis), dikerahkan untuk memperoleh jawaban. “Bagi setiap orang Italia, pelestarian karya masterpiece selalu menjadi persoalan penting,” kata Letizia Monico dari University of Perugia, yang menjadi peneliti utama dalam studi tersebut. “Saya senang ilmu pengetahuan kini menambahkan sepotong bagian yang hilang dalam puzzle yang membuat pusing banyak museum.”
Eksperimen itu mirip penyelidikan sebuah tempat kejadian perkara. Ilmuwan menggunakan sebuah berkas sinar-X berdimensi mikroskopis untuk mengungkap sebuah reaksi kimia kompleks yang berlangsung dalam lapisan supertipis tempat cat bertemu dengan pernis. Cahaya matahari hanya dapat menembus beberapa mikrometer ke dalam cat, tapi itu cukup memicu reaksi kimia tak dikenal hingga saat ini, yang mengubah kuning chrome atau kuning jingga menjadi pigmen cokelat. Perubahan itu jelas sebuah malapetaka, merusak komposisi asli lukisan sang maestro.
Keputusan Van Gogh untuk memakai warna-warna cerah baru dalam lukisannya adalah sebuah terobosan besar dalam sejarah seni. Dia sengaja memilih warna-warna yang menyampaikan emosi dan mood, tak sekadar menggunakannya secara realistis.
Pada saat itu, penggunaan warna cerah sama sekali tak pernah dilakukan, juga mustahil dilakukan tanpa sejumlah inovasi besar dalam pembuatan pigmen warna pada abad ke-19.
Kecermelangan pigmen baru seperti warna kuning chrome itulah yang membuat Van Gogh dapat mencapai intensitas yang mendalam pada lukisan bunga mataharinya yang termasyhur. Dia mulai melukis dalam warna-warna cerah itu setelah meninggalkan kampung halamannya di Belanda dan bermukim di Prancis. Van Gogh mulai berteman dengan artis yang berbagi gagasan baru tentang penggunaan warna. Dia juga melukis motif bunga matahari kuning untuk menghias Yellow House, rumah Paul Gauguin, salah satu pelukis yang menjadi sahabatnya.
Memudarnya cat kuning chrome karena paparan sinar matahari sebenarnya telah diketahui sejak awal abad ke-19. Meski demikian, tidak semua lukisan dalam periode itu terpengaruh “penyakit” itu. Perubahan warna itu juga tak tidak selalu terjadi dalam kecepatan yang sama. Mengingat kuning chrome beracun, para seniman segera beralih pada alternatif baru pada 1950-an. Sayangnya, Vincent van Gogh tidak memiliki pilihan itu, dan untuk mengawetkan karya besarnya serta banyak pelukis besar dari zaman itu, perhatian terhadap menggelapnya warna kuning chrome kini berkembang kembali.
Janssens dan timnya menggunakan pendekatan dua tahap untuk memecahkan teka-teki kimia berumur hampir 200 tahun itu. Pertama, mereka mengumpulkan sampel dari tiga tube cat yang tersisa dari masa itu. Semua sampel itu disinari dengan lampu ultraviolet selama 500 jam sehingga mengalami penuaan secara artifisial. Hanya satu sampel, yang berasal dari tube cat milik Rik Wouters, pelukis Belgia penganut Fauvism (1882-1913), menunjukkan penggelapan secara signifikan.
Dalam waktu tiga pekan, permukaan yang semula kuning terang menjadi kecokelatan. Contoh cat itu diambil sebagai kandidat terbaik karena mengalami reaksi kimia fatal, dan analisis sinar-X mengidentifikasi penggelapan lapisan atas terkait dengan penurunan logam kromium dalam warna kuning chrome dari Cr(VI) menjadi Cr(III). Para ilmuwan juga membuat kembali cat kuning chrome dari tube cat Wouters dan menemukan bahwa efek penggelapan dapat dipicu oleh sinar ultraviolet.
Pada tahap kedua, para ilmuwan menggunakan metode yang sama untuk memeriksa sampel dari dua lukisan van Gogh yang mengalami perubahan warna, yaitu View of Arles with Irises (1888) dan Bank of the Seine (1887), yang dipamerkan di Van Gogh Museum di Amsterdam. “Tipe riset dengan teknologi tinggi seperti ini sangat penting untuk memajukan pemahaman kita tentang bagaimana lukisan menua dan harus dilestarikan bagi generasi mendatang,” kata Ella Hendriks dari Van Gogh Museum Amsterdam.
Untuk menyiasati sulitnya memilih lokasi area yang terpengaruh pada sebuah lukisan penuh warna dibanding pada cat yang sengaja dibuat tua, sebuah rangkaian perangkat analitik yang sensitif harus digunakan. Itu berarti sampel harus berkeliling ke berbagai laboratorium di Eropa. Hasil studi itu mengindikasikan bahwa penurunan reaksi dari Cr(VI) menjadi Cr(III) ada kemungkinan telah terjadi pada dua lukisan van Gogh.
Berkas sinar-X mikroskopis juga memperlihatkan bahwa Cr(III) sangat menonjol dalam senyawa kimia yang mengandung barium dan sulfur. Berdasarkan observasi itu, para ilmuwan menduga teknik
Van Gogh mencampur warna putih dan kuning ada kemungkinan adalah penyebab cat kuningnya berubah warna karena oksidasi. “Eksperimen kami berikutnya akan digelar dalam waktu dekat,” kata Janssens. “Tentu kami ingin memahami kondisi yang menyebabkan penurunan kromium, dan apakah ada harapan untuk memulihkan kembali pigmen itu seperti warna aslinya.” (tempointeraktif.com).
Posting Komentar