BANYAK bangunan yang masih terjaga keasliannya hingga kini. Kondisi itu membuat banyak orang kagum. Apalagi tidak sedikit orang yang menyangka bahwa bangunan di Kota Tua memiliki desain yang sangat menarik.
Tengok saja bangunan tua Masjid Luar Batang,Pelabuhan Sunda Kelapa,Pasar Ikan, Museum Maritim Nasional, Menara Syahbandar,Jembatan Tarik Kota Intan, desain Kali Besar (Grootegracht), atau Gereja Sion. Belum lagi Museum Wayang, Lapangan Fatahillah, MuseumSeniRupa dan Keramik (bekas Pengadilan Batavia),Museum Sejarah Jakarta (bekas Balai Kota Batavia),dan Toko Merah.
Kemudian Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos), Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri,Stasiun Jakarta Kota,Pecinan Glodok dan Pinangsia, Petak Sembilan, Vihara Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti), Gedung Chandranaya, danGedung ArsipNasional. Bangunan stasiun Kereta Api Jakarta Kota misalnya, dulu dikenal sebagai Stasiun Beos, merupakan stasiun kereta api bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.
Terminus inilah yang dianggap memiliki nilai bersejarah. Pada masa lalu Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yakni sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Stasiun ini sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang),dan lain-lain.
Nama Frans Johan Louwrens Ghijsels berada di balik kemegahan stasiun ini.Ghijsels merupakan arsitekBelandakelahiran Tulungagung, 8 September 1882.Pembuatan stasiun ini sebagai karya besarnya.Dia memadukan struktur dan teknik modern barat dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana namun bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.
Bangunan lain yang tak kalah menarik adalah Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia.Tengok saja luas bangunannya yang mencapai 100 meter persegi ini. Bangunan yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No 2, Jakarta Barat, ini dulunya menjadi stadhuisatau balai kota. Bangunan ini mulai didirikan sejak 1707–1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn.
Bangunan mirip Istana Dam di Amsterdam ini terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya Barok klasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu, dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.(sindo.com)
Tengok saja bangunan tua Masjid Luar Batang,Pelabuhan Sunda Kelapa,Pasar Ikan, Museum Maritim Nasional, Menara Syahbandar,Jembatan Tarik Kota Intan, desain Kali Besar (Grootegracht), atau Gereja Sion. Belum lagi Museum Wayang, Lapangan Fatahillah, MuseumSeniRupa dan Keramik (bekas Pengadilan Batavia),Museum Sejarah Jakarta (bekas Balai Kota Batavia),dan Toko Merah.
Kemudian Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos), Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri,Stasiun Jakarta Kota,Pecinan Glodok dan Pinangsia, Petak Sembilan, Vihara Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti), Gedung Chandranaya, danGedung ArsipNasional. Bangunan stasiun Kereta Api Jakarta Kota misalnya, dulu dikenal sebagai Stasiun Beos, merupakan stasiun kereta api bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.
Terminus inilah yang dianggap memiliki nilai bersejarah. Pada masa lalu Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yakni sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Stasiun ini sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang),dan lain-lain.
Nama Frans Johan Louwrens Ghijsels berada di balik kemegahan stasiun ini.Ghijsels merupakan arsitekBelandakelahiran Tulungagung, 8 September 1882.Pembuatan stasiun ini sebagai karya besarnya.Dia memadukan struktur dan teknik modern barat dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana namun bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.
Bangunan lain yang tak kalah menarik adalah Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia.Tengok saja luas bangunannya yang mencapai 100 meter persegi ini. Bangunan yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No 2, Jakarta Barat, ini dulunya menjadi stadhuisatau balai kota. Bangunan ini mulai didirikan sejak 1707–1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn.
Bangunan mirip Istana Dam di Amsterdam ini terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya Barok klasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu, dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.(sindo.com)
Posting Komentar