JENEWA– Negara-negara Eropa,seperti Swiss,Belanda,dan Inggris,memerintahkan pembekuan aset pemimpin Libya Muammar Khadafi dan kroni-kroninya.
Keputusan itu merespons tindakan brutal aparat Libya dalam meredam demonstrasi. Langkah ini mencerminkan sikap Barat terhadap krisis di negara kaya minyak Afrika Utara tersebut. Sejumlah sanksi baru juga akan segera keluar untuk menekan Khadafi dan para pendukung setianya. ”Dewan Federal (Pemerintah Swiss) mengecam kekerasan yang digunakan otoritas Libya untuk melawan rakyat.
Melihat perkembangan itu,Dewan Federal memutuskan memblokir segera semua kemungkinan aset Muammar Khadafi dan pendukung setianya di Swiss,” papar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Swiss. Pemerintah Swiss mengaku melakukan pembekuan demi menghindari semua bentuk penyalahgunaan properti Pemerintah Libya yang mungkin masih berada di Swiss. Langkah ini diambil Pemerintah Swiss untuk menyelaraskan dengan kecaman internasional terhadap rezim Khadafi saat ini.
Berdasarkan data International Federation for Human Rights (IFHR), sedikitnya 640 orang tewas selama revolusi di Libya. ”Total hubungan perbankan Swiss dan Libya bernilai 613 juta franc Swiss (Rp5,84 triliun), dengan tambahan 205 juta franc (Rp1,95 triliun) dalam bentuk surat berharga atau operasi pegadaian,” ungkap bank sentral Swiss kemarin. Sebelumnya Swiss berkonflik dengan keluarga tokoh yang sudah memegang tampuk kekuasaan selama 42 tahun itu.
Konflik muncul sejak penahanan singkat putra pemimpin Libya,Hannibal,di sebuah hotel Jenewa pada Juli 2008 atas tuduhan menyiksa dua pekerja rumah tangganya. Konflik diplomatik itu membuat Pemerintah Libya menerapkan sanksi ekonomi dengan menarik secara massal aset-aset Libya dari sistem keuangan dan sektor perbankan rahasia Swiss.Sebelum konflik, aset Libya di Swiss pada 2007 tercatat mencapai 5,7 miliar franc Swiss. Pembekuan aset juga dilakukan Inggris.
Dalam beberapa hari ke depan Pemerintah Inggris akan membekukan aset Khadafi yang diperkirakan tersebar di London. Pejabat pemerintah setempat mengungkapkan bahwa saat ini prioritas mereka adalah mengevakuasi warga dari Libya. ”Baru setelah itu kami akan menangani aset Khadafi.Tugas ini sedang dikerjakan. Ini tentu saja berada dalam radar level tertinggi,” ujar seorang pejabat Pemerintah Inggris kepada Telegraph.
Semakin Mencekam
Hingga kemarin suasana Libya semakin mencekam.Pasukan yang setia kepada Khadafi bertempur melawan para pembelot di kotakota bagian barat,dekat Tripoli.Sedangkan di wilayah timur,pembelot telah mendeklarasikan terbebas dari pemerintahan Khadafi. Di Az- Zawiyah,barat Tripoli,sedikitnya 23 orang tewas dan 44 orang terluka, saat pendukung rezim menyerbu demonstran di kota pengilangan minyak tersebut. Pemandangan di wilayah tersebut terlihat mencekam. Boneka Khadafi tampak digantung dilampulampu jalanan kota timur tersebut dan anak-anak bermain di atas sebuah tank yang ditinggalkan tentara.”
Korban terluka tidak dapat dibawa ke rumah sakit terdekat karena tembakan terdengar dari semua arah,”tulis harian Quryna yang berpusat di kota Benghazi,Libya bagian timur yang dikuasai oposisi. Suara baku tembak juga terjadi di kota ketiga terbesar di Libya, Misrata, timur ibu kota Tripoli. Di Zouara, wilayah barat dekat perbatasan Tunisia,pekerja asal Mesir yang melarikan diri menyatakan, kota ini sudah dikontrol milisi sipil setelah baku tembak sengit pada Rabu (23/2) malam.
”Kota kedua Libya,Benghazi, telah sepenuhnya jatuh ke tangan lawan-lawan Khadafi,” papar seorang koresponden kantor berita AFP kemarin. Tapi, gegap gempita awal dengan kebebasan kota itu bisa berubah drastis jika pendukung setia rezim melakukan serangan balik. Kini musuh rezim membentuk sebuah kantor pusat revolusioner di luar gedung pengadilan Benghazi, tempat bermulanya unjuk rasa, untuk mengambil alih pemerintahan kota. Sedangkan milisi sipil dan tentara pembelot berpatroli di jalanan.
Beberapa tentara menjual persenjataannya untuk penawar harga tertinggi meski komandan mereka yang juga membelot ingin memasukkan anak buahnya menjadi pasukan pertahanan oposisi. Pemberontak juga mengontrol seluruh ladang minyak di kota Ras Lanuf, Libya timur. ”Hampir seluruh ladang minyak di Ras Lanuf kini dikuasai rakyat dan pemerintah tidak mengontrol daerah ini,” kata Abdessalam Najib, insinyur minyak di perusahaan Libya, Agico, dan anggota koalisi 17 Februari yang menjadikan Benghazi sebagai basis pemerintahan sementara.
Sementara itu, dalam pidato kedua pada tiga hari terakhir pada Kamis (24/2),Khadafi,68, menuduh penduduk Az-Zawiyah bekerja sama dengan Al-Qaeda. ”Sudah jelas sekarang bahwa masalah ini digerakkan Al-Qaeda,”ujarnya. Sangat berbeda dengan pidato 75 menit yang dilakukannya di sebuah podium di luar rumahnya di Tripoli pada Selasa (22/2), pidato Khadafi pada Kamis (24/2) dilakukan selama 20 menit dari lokasi yang dirahasiakan dan pemimpin Libya itu berbicara melalui telepon.
Keputusannya tidak muncul di layar televisi dalam pidato keduanya itu memunculkan pertanyaan tentang di mana sisa basis kekuasaannya saat ini setelah banyak pendukungnya membelot. Ditambah lagi, sepupu dan pembantu setianya, Khadafi Al-Dam, juga mundur dari semua fungsi resminya. Pemandangan di Tripoli kini sunyi senyap dan pertokoan tutup pada hari libur. Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan,sistem distribusi pangan di Libya berisiko hancur. Negara produsen minyak yangsebagian besarbergantungpadaimporitupun menghadapi krisis pangan.
Untuk menyikapi krisis di Libya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berkonsultasi dengan para pemimpin Inggris, Prancis, dan Italia. Prancis dan Inggris mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi sanksi, termasuk embargo total persenjataan terhadap Libya. ”Dua negara juga mengusulkan membawa rezim Libya ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Michele Alliot-Marie.
Di Jenewa, Dewan HAM PBB menggelar sesi khusus untuk seruan mengeluarkan Libya karena melakukan pembunuhan massal, penahanan, dan penyiksaan terhadap demonstran.Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton menegaskan,inilah saatnya blok 27 negara itu mengadopsi tindak antegasterhadap rezimKhadafi, termasuk membekukan aset dan larangan perjalanan. Uni Eropa mengusulkan tidak adazonaterbang di Libya mencegah rezim Khadafi membombardir demonstran.
Tapi, ide ini harus disahkan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB. Berbagai negara terus melakukan evakuasi warganya. Puluhan ribu pekerja dari negara-negara Asia meninggalkan Libya. Diperkirakan, 100.000 pekerja dari Filipina dan Bangladesh masih terjebak di Libya selama lebih dari sepekan setelah kekerasan terjadi. Pemerintah mereka tidak dapat melakukan evakuasi secara cepat bagi mereka. ”Tidak aman untuk keluar.Kami tidak memiliki makanan dan uang.
Kami semua kelaparan. Tidak seorang pun dapat membayangkan bagaimana bahayanya situasi sekarang,” ujar pekerja Bangladesh, Kabir Hossain melalui telepon. Pemerintah Filipina menegaskan akan melakukan semua cara untuk mengevakuasi 30.000 warganya. Pemerintah kemarin mengumumkan rencana untuk mengevakuasi 13.000 warga Filipina dengan perahu dan pesawat.Tapi, mereka tidak dapat menjelaskan kapan evakuasi dilakukan.
Di Bangkok,kerabat 23.000 pekerja Thailand di Libya berusaha melobi pemerintah untuk membantu keluarga mereka. Pemerintah Thailand menyatakan memulai upaya evakuasi dengan sebuah kapal untuk mengumpulkan 2.000 orang di Tripoli kemarin. (sindo.com).
Keputusan itu merespons tindakan brutal aparat Libya dalam meredam demonstrasi. Langkah ini mencerminkan sikap Barat terhadap krisis di negara kaya minyak Afrika Utara tersebut. Sejumlah sanksi baru juga akan segera keluar untuk menekan Khadafi dan para pendukung setianya. ”Dewan Federal (Pemerintah Swiss) mengecam kekerasan yang digunakan otoritas Libya untuk melawan rakyat.
Melihat perkembangan itu,Dewan Federal memutuskan memblokir segera semua kemungkinan aset Muammar Khadafi dan pendukung setianya di Swiss,” papar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Swiss. Pemerintah Swiss mengaku melakukan pembekuan demi menghindari semua bentuk penyalahgunaan properti Pemerintah Libya yang mungkin masih berada di Swiss. Langkah ini diambil Pemerintah Swiss untuk menyelaraskan dengan kecaman internasional terhadap rezim Khadafi saat ini.
Berdasarkan data International Federation for Human Rights (IFHR), sedikitnya 640 orang tewas selama revolusi di Libya. ”Total hubungan perbankan Swiss dan Libya bernilai 613 juta franc Swiss (Rp5,84 triliun), dengan tambahan 205 juta franc (Rp1,95 triliun) dalam bentuk surat berharga atau operasi pegadaian,” ungkap bank sentral Swiss kemarin. Sebelumnya Swiss berkonflik dengan keluarga tokoh yang sudah memegang tampuk kekuasaan selama 42 tahun itu.
Konflik muncul sejak penahanan singkat putra pemimpin Libya,Hannibal,di sebuah hotel Jenewa pada Juli 2008 atas tuduhan menyiksa dua pekerja rumah tangganya. Konflik diplomatik itu membuat Pemerintah Libya menerapkan sanksi ekonomi dengan menarik secara massal aset-aset Libya dari sistem keuangan dan sektor perbankan rahasia Swiss.Sebelum konflik, aset Libya di Swiss pada 2007 tercatat mencapai 5,7 miliar franc Swiss. Pembekuan aset juga dilakukan Inggris.
Dalam beberapa hari ke depan Pemerintah Inggris akan membekukan aset Khadafi yang diperkirakan tersebar di London. Pejabat pemerintah setempat mengungkapkan bahwa saat ini prioritas mereka adalah mengevakuasi warga dari Libya. ”Baru setelah itu kami akan menangani aset Khadafi.Tugas ini sedang dikerjakan. Ini tentu saja berada dalam radar level tertinggi,” ujar seorang pejabat Pemerintah Inggris kepada Telegraph.
Semakin Mencekam
Hingga kemarin suasana Libya semakin mencekam.Pasukan yang setia kepada Khadafi bertempur melawan para pembelot di kotakota bagian barat,dekat Tripoli.Sedangkan di wilayah timur,pembelot telah mendeklarasikan terbebas dari pemerintahan Khadafi. Di Az- Zawiyah,barat Tripoli,sedikitnya 23 orang tewas dan 44 orang terluka, saat pendukung rezim menyerbu demonstran di kota pengilangan minyak tersebut. Pemandangan di wilayah tersebut terlihat mencekam. Boneka Khadafi tampak digantung dilampulampu jalanan kota timur tersebut dan anak-anak bermain di atas sebuah tank yang ditinggalkan tentara.”
Korban terluka tidak dapat dibawa ke rumah sakit terdekat karena tembakan terdengar dari semua arah,”tulis harian Quryna yang berpusat di kota Benghazi,Libya bagian timur yang dikuasai oposisi. Suara baku tembak juga terjadi di kota ketiga terbesar di Libya, Misrata, timur ibu kota Tripoli. Di Zouara, wilayah barat dekat perbatasan Tunisia,pekerja asal Mesir yang melarikan diri menyatakan, kota ini sudah dikontrol milisi sipil setelah baku tembak sengit pada Rabu (23/2) malam.
”Kota kedua Libya,Benghazi, telah sepenuhnya jatuh ke tangan lawan-lawan Khadafi,” papar seorang koresponden kantor berita AFP kemarin. Tapi, gegap gempita awal dengan kebebasan kota itu bisa berubah drastis jika pendukung setia rezim melakukan serangan balik. Kini musuh rezim membentuk sebuah kantor pusat revolusioner di luar gedung pengadilan Benghazi, tempat bermulanya unjuk rasa, untuk mengambil alih pemerintahan kota. Sedangkan milisi sipil dan tentara pembelot berpatroli di jalanan.
Beberapa tentara menjual persenjataannya untuk penawar harga tertinggi meski komandan mereka yang juga membelot ingin memasukkan anak buahnya menjadi pasukan pertahanan oposisi. Pemberontak juga mengontrol seluruh ladang minyak di kota Ras Lanuf, Libya timur. ”Hampir seluruh ladang minyak di Ras Lanuf kini dikuasai rakyat dan pemerintah tidak mengontrol daerah ini,” kata Abdessalam Najib, insinyur minyak di perusahaan Libya, Agico, dan anggota koalisi 17 Februari yang menjadikan Benghazi sebagai basis pemerintahan sementara.
Sementara itu, dalam pidato kedua pada tiga hari terakhir pada Kamis (24/2),Khadafi,68, menuduh penduduk Az-Zawiyah bekerja sama dengan Al-Qaeda. ”Sudah jelas sekarang bahwa masalah ini digerakkan Al-Qaeda,”ujarnya. Sangat berbeda dengan pidato 75 menit yang dilakukannya di sebuah podium di luar rumahnya di Tripoli pada Selasa (22/2), pidato Khadafi pada Kamis (24/2) dilakukan selama 20 menit dari lokasi yang dirahasiakan dan pemimpin Libya itu berbicara melalui telepon.
Keputusannya tidak muncul di layar televisi dalam pidato keduanya itu memunculkan pertanyaan tentang di mana sisa basis kekuasaannya saat ini setelah banyak pendukungnya membelot. Ditambah lagi, sepupu dan pembantu setianya, Khadafi Al-Dam, juga mundur dari semua fungsi resminya. Pemandangan di Tripoli kini sunyi senyap dan pertokoan tutup pada hari libur. Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan,sistem distribusi pangan di Libya berisiko hancur. Negara produsen minyak yangsebagian besarbergantungpadaimporitupun menghadapi krisis pangan.
Untuk menyikapi krisis di Libya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berkonsultasi dengan para pemimpin Inggris, Prancis, dan Italia. Prancis dan Inggris mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi sanksi, termasuk embargo total persenjataan terhadap Libya. ”Dua negara juga mengusulkan membawa rezim Libya ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Michele Alliot-Marie.
Di Jenewa, Dewan HAM PBB menggelar sesi khusus untuk seruan mengeluarkan Libya karena melakukan pembunuhan massal, penahanan, dan penyiksaan terhadap demonstran.Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton menegaskan,inilah saatnya blok 27 negara itu mengadopsi tindak antegasterhadap rezimKhadafi, termasuk membekukan aset dan larangan perjalanan. Uni Eropa mengusulkan tidak adazonaterbang di Libya mencegah rezim Khadafi membombardir demonstran.
Tapi, ide ini harus disahkan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB. Berbagai negara terus melakukan evakuasi warganya. Puluhan ribu pekerja dari negara-negara Asia meninggalkan Libya. Diperkirakan, 100.000 pekerja dari Filipina dan Bangladesh masih terjebak di Libya selama lebih dari sepekan setelah kekerasan terjadi. Pemerintah mereka tidak dapat melakukan evakuasi secara cepat bagi mereka. ”Tidak aman untuk keluar.Kami tidak memiliki makanan dan uang.
Kami semua kelaparan. Tidak seorang pun dapat membayangkan bagaimana bahayanya situasi sekarang,” ujar pekerja Bangladesh, Kabir Hossain melalui telepon. Pemerintah Filipina menegaskan akan melakukan semua cara untuk mengevakuasi 30.000 warganya. Pemerintah kemarin mengumumkan rencana untuk mengevakuasi 13.000 warga Filipina dengan perahu dan pesawat.Tapi, mereka tidak dapat menjelaskan kapan evakuasi dilakukan.
Di Bangkok,kerabat 23.000 pekerja Thailand di Libya berusaha melobi pemerintah untuk membantu keluarga mereka. Pemerintah Thailand menyatakan memulai upaya evakuasi dengan sebuah kapal untuk mengumpulkan 2.000 orang di Tripoli kemarin. (sindo.com).
Posting Komentar