Pencarian 'Keburukan SBY' di mesin pencari Google menimbulkan pertanyaan berbagai pihak. Apakah mungkin Google ditunggangi urusan politik Indonesia? Tentunya tidak!
Isu ini mungkin terdengar lucu di kalangan tertentu. Namun yang memprihatinkan adalah mereka yang menganggap ini sebagai sesuatu yang serius. Terutama karena SBY adalah sosok pemimpin Indonesia.
Kepada detikINET, praktisi telematika dan dosen Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, Abimanyu Wachjoewidajat mengutarakan analisisnya.
"Menurut saya yang sebenarnya terjadi adalah murni hasil telematika dimana bahwa algoritma pencarian Google adalah mencari persamaan huruf yang Anda cari, lalu dicocokkan dengan kumpulan kata yang ada pada database dan indeks yang terbanyak akan menjadi acuan," paparnya kepada detikINET, Senin (28/2/2011).
Pria yang akrab disapa Abah ini melanjutkan, database Google tidak hanya menyimpan satu kata per konten indeks, melainkan jika ada beberapa kata yang sama.
"Perhatikan dan hitung antara kalimat 'kebaikan SBY' dan 'keburukan SBY', lalu hitung berapa huruf yang berbeda? Ada 3 dari 10 huruf yang sama bukan? Yang beda hanya huruf 'ai' dengan 'uru'," imbuh Abah.
Walau total temuan pada 'keburukan SBY' hanya 58.000-an sementara 'kebaikan SBY' ada lebih dari 351.000 temuan. Namun karena Google Trend menunjukkan banyak yang mencari 'keburukan SBY' jadi berdasarkan Google Trend tersebut serta algoritma pencarian, maka Google memberikan anjuran seperti di atas.
"Coba buktikan dengan mengetik 'kehebatan SBY' maka Google tidak akan menganjurkan 'kebodohan SBY' bukan? Itu karena perbandingan di antara kedua kalimat tersebut sangat berbeda," imbuhnya.
Coba ubah setting Google dalam bahasa Inggris lalu lakukan pencarian yang sama. Google tidak memberikan 'anjuran' seperti itu. Jadi Google sama sekali tidak terlibat dalam pemberian anjuran tersebut, karena itu murni anjuran atas hasil akumulasi, bukan atas konteks.
"Anyway, apapun maksud dari pembuat kehebohan tersebut, kalau disengaja menurut saya pelakunya memang hanya memanfaatkan algoritma dan itu sebenarnya adalah salah satu trik yang banyak dipakai para webmaster untuk meningkatkan peringkat situs-situsnya pada ranking Google," tutup Abah. (kompas.com).
Isu ini mungkin terdengar lucu di kalangan tertentu. Namun yang memprihatinkan adalah mereka yang menganggap ini sebagai sesuatu yang serius. Terutama karena SBY adalah sosok pemimpin Indonesia.
Kepada detikINET, praktisi telematika dan dosen Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, Abimanyu Wachjoewidajat mengutarakan analisisnya.
"Menurut saya yang sebenarnya terjadi adalah murni hasil telematika dimana bahwa algoritma pencarian Google adalah mencari persamaan huruf yang Anda cari, lalu dicocokkan dengan kumpulan kata yang ada pada database dan indeks yang terbanyak akan menjadi acuan," paparnya kepada detikINET, Senin (28/2/2011).
Pria yang akrab disapa Abah ini melanjutkan, database Google tidak hanya menyimpan satu kata per konten indeks, melainkan jika ada beberapa kata yang sama.
"Perhatikan dan hitung antara kalimat 'kebaikan SBY' dan 'keburukan SBY', lalu hitung berapa huruf yang berbeda? Ada 3 dari 10 huruf yang sama bukan? Yang beda hanya huruf 'ai' dengan 'uru'," imbuh Abah.
Walau total temuan pada 'keburukan SBY' hanya 58.000-an sementara 'kebaikan SBY' ada lebih dari 351.000 temuan. Namun karena Google Trend menunjukkan banyak yang mencari 'keburukan SBY' jadi berdasarkan Google Trend tersebut serta algoritma pencarian, maka Google memberikan anjuran seperti di atas.
"Coba buktikan dengan mengetik 'kehebatan SBY' maka Google tidak akan menganjurkan 'kebodohan SBY' bukan? Itu karena perbandingan di antara kedua kalimat tersebut sangat berbeda," imbuhnya.
Coba ubah setting Google dalam bahasa Inggris lalu lakukan pencarian yang sama. Google tidak memberikan 'anjuran' seperti itu. Jadi Google sama sekali tidak terlibat dalam pemberian anjuran tersebut, karena itu murni anjuran atas hasil akumulasi, bukan atas konteks.
"Anyway, apapun maksud dari pembuat kehebohan tersebut, kalau disengaja menurut saya pelakunya memang hanya memanfaatkan algoritma dan itu sebenarnya adalah salah satu trik yang banyak dipakai para webmaster untuk meningkatkan peringkat situs-situsnya pada ranking Google," tutup Abah. (kompas.com).
Posting Komentar