Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 19.42


Syafi’i Anwar mengatakan bahwa Gus Dur adalah bapak pluralisme Indonesia. Wimar Witoelar menambahkan bahwa beliau sebetulnya juga adalah bapak plularisme dunia, mengingat bahwa dunia kini kekurangan tokoh pluralisme dan bahkan didominasi oleh pemimpin eksklusif dari semua pihak.

Kedua pernyataan ini keluar pada dalam peluncuran buku ‘Islamku, Islam Anda, Islam Kita’ karya Gus Dur. Pluralisme dan Pembelaan adalah dua kata kunci dalam kumpulan tulisan Abdurrahman Wahid ini. Tulisan berangkat dari perspektif korban, terutama minoritas agama, gender, keyakinan, etnis, warna kulit, posisi sosial. ‘Tuhan tidak perlu dibela,’ kata Gus Dur, tapi umatNya atau manusia pada umumnya justru perlu dibela. Salah satu konsekwensi dari pembelaan adalah kritik, dan terkadang terpaksa harus mengecam, jika sudah melewati ambang toleransi.

Komentar Syafi’i Anwar dan Wimar Witoelar disusul pula oleh Bambang Harymurti dan akhirnya Abdurrahman Wahid sendiri pada acara peluncuran buku ‘Islamku, Islam Anda, Islam Kita’ sekaligus perayaan hari ulang tahun kedua The Wahid Institute. Hadir di Hotel Aryaduta tgl 21 September malam antara lain (berdasarkan abjad) Bambang Harymurti, Dawam Rahardjo, Erlan Suparno (Menteri Tenaga Kerja), Hariman Siregar, Jaya Suprana, Luhut Panjaitan (mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan), Mahfud MD (mantan Menteri Pertahanan), Marsillam Simandjuntak (mantan Sekkab dan Jaksa Agung), Dr. Nikolaos van Dam (Duta Besar Belanda), Rosiana Silalahi, Roy BB Janis, Sarwono Kusumaatmadja, Shaban Shahidi Moaddab (Duta Besar Iran), Todung Mulya Lubis, dan Taufik Kiemas.

Dalam sambutannya selaku pemberi Kata Pengantar buku tersebut, Direktur International Center for Islam and Pluralism (ICIP) M. Syafi’i Anwar mengatakan sejak awal Gus Dur memihak kelompok minoritas. Komitmen itu ditujukkan dengan bukti sehingga Indonesia tetap menjadi negara plural. Karena itu Gus Dur adalah Bapak Pluralisme Indonesia.

Pendapat tersebut didukung Wimar Witoelar. Berbicara sebagai kolega dan sahabat keluarga Gus Dur, Wimar mengatakan Gus Dur bukan hanya Bapak Pluralisme Indonesia tetapi juga sudah menjadi Bapak Pluralisme Dunia. Saatnya tepat karena dunia saat ini sedang kehilangan tokoh-tokoh pluralisme dan sebaliknya didominasi oleh tokoh yang bersikap eksklusif.

Wimar mengingat kembali waktu menemani Gus Dur selama dan setelah masa kepresidenannya. Setiap kunjungan ke luar negeri seperti Melbourne dan Washington, masyarakat di sana sangat menyambut hangat kehadiran Gus Dur. Justru dukungan ini terasa setelah Gus Dur tidak lagi menjabat Presiden. Bagi dunia tidak penting perkembangan politik di Indonesia, tapi mereka melihat Indonesia sebagai pusat pluralisme karena ketokohan Gus Dur dalam bersahabat dengan semua golongan. Satu contoh respek luar negeri adalah sambutan luarbiasa yang diberikan kepadanya dengan ditunjuk menjadi keynote speaker pada Kongres American Jewish Committee di Washington, DC. Ditambah lagi dengan penampilannya bersama Condoleezza Rice sebagai after-dinner speaker pada penutupan acarfa terbesar kaum Jahudi di Amerika tersebut. Pada acara itu Gus Dur duduk bersama sahabatnya Uskup Agung Paris Jean-Marie Lustiger. Masyarakat dunia menaruh harapan pada Indonesia dengan sikap moderat Gus Dur yang menarik perhatian dunia setelah peristiwa 11 September 2001.

Sementara itu, Gus Dur dalam pidatonya mengatakan pluralisme yang menjadi isi buku dan roh dirinya diambil dari keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) pada 1935. Muktamar memutuskan menjalankan syariat Islam tapi tidak perlu negara Islam di Indonesia. Keputusan tersebut lahir dari pemikiran kakeknya KH Hasyim Ashari dan bapaknya KH Wahid Hasyim yang melihat Indonesia sebagai negara plural. Sampai saat ini tokoh-tokoh Islam sebagian besar menolak Negara Islam. Gus Dur sangat menolak peraturan daerah berdasarkan syariah Islam yang mulai menyebar di Indonesia.

Buku ‘Islamku, Islam Anda, Islam Kita’ telah diminta untuk dialihbahasakan ke tujuh bahasa yaitu Jerman, Belanda, Prancis, Inggris, Jepang, Korea, dan China.

* http://perspektif.net

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.