Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 00.34
"Awan itu..."
Pekiknya dalam hati
Butir-butir kengerian mulai meraba dan menjalar menambah keriput raut mukanya
Hampa, hening sekaligus membisu
Bahkan angin pun berhenti di ujung jalan

"Akankah bumiku hancur lagi?", lanjutnya bernada rendah
Hitam, pekat bahkan sang surya berhenti menyapa
"Sampai kapan pilu itu mengering,dan berapa banyak lagi korban yang kau pinta?", lanjutnya dalam hati

Tak sabar rasanya baling-baling angkasa raksasa itu menyapa kesombongan dan keangkuhan setiap hati yang tertidur dan mati dalam kenistaan
Dengan sedikit senggolan saja, sang nenek tua renta itu melayang bak kapas dihempas angin

"Biarlah aku mati sekalian jika kau kehendaki, tapi jangan pernah lagi menghukum mereka", serunya dalam kebisingan topan raksasa itu
Ya..tuli, tuli memang keganasan itu sehingga setiap helai napas melayang tak berbekas, hingga terhempas segalanya di ujung gurun yang kering kerontang

"Akankah kubertahan dari kebisingan hamparan dosa sehingga bagaimana mungkin kuterhindar dar tuli. Kuping kesadaranku lumpuh total dan mati rasa sehingga setiap asa dan harapanmu tak bermakna apa-apa", jawab sang badai seiring terhempasnya mereka di padang kering yang luas.

* Janu Rahan Az-Zain

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.