Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 02.16
Lebih dari 600 tentara Inggris adalah pemeluk Islam. Apakah mereka yang bertugas di garis depan di Afghanistan mementingkan negara atau keyakinan mereka saat menghadapi kelompok Taliban?

"Negara saya adalah Inggris. Sebagai seorang Muslim, Inggris adalah negara yang akan saya junjung dan tempat saya meninggal," kata prajurit Shehab El-Din Ahmed El-Miniawi, yang bertugas di propinsi Helmand.

"Jiwa saya milik Inggris dan saya bangga berperang untuk negara ini."

Prajurit El-Miniawi, bertugas di resimen di Helmand, markas Taliban dan tempat terjadinya sejumlah pertempuran sengit.

Ia adalah satu-satunya Muslim di resimen itu dan tugas di Afghanistan adalah operasi pertama baginya.

"Saya datang tanpa mengetahui sama sekali seperti apa tempat ini. Apakah panas, dingin atau apakah berbahaya," katanya.

"Bila anda sempitkan lagi, kami bukan berjuang menghadapi sesama Muslim, namun memerangi ekstrimis. Setiap budaya, keyakinan...memiliki latar belakang ekstrimis.

"Itulah yang menurut saya harus ditumpas. Karena itulah saya berada di sini," tambahnya.

Kritikan sesama Muslim

Prajurit El-Miniawi
El Miniawi mengatakan menjadi tentara Muslim membantu dalam komunisi dengan masyarakat Afghan

Prajurit El-Miniawi mengatakan agamanya banyak membantu saat ia berpatroli khususnya setelah masyarakat setempat mengetahui ia seorang Muslim.

"Bos-bos dan perwira lain meminta saya untuk berbicara banyak dengan masyarakat setempat untuk membantu mencairkan suasana.

"Mereka tahu siapa saya, latar belakang saya, dan mereka cenderung merasa saya semacam komandan," tambahnya.

Tugas El-Miniawi antara lain menstabilkan dan membangun kembali satu desa di Helmand sehingga penduduk dapat kembali ke sana setelah terjadi pertempuran.

"Tugas ini sangat berat, saya tidak menduga tanggung jawab saya begitu besar sebagai tentara infanteri."

Pemeluk Islam dalam militer Inggris sering menghadapi kritikan dari komunitas Muslim sendiri karena dianggap berperang melawan sesama Muslim di sejumlah negara seperti Afghanistan dan juga Irak.

Tentara lain Zeeshan Hashmi bertugas di Afghanistan tahun 2002 dan kemudian pada dinas intelijen selama lima tahun.

Adiknya Kopral Jabron Hasmi juga bertugas sebagai tentara namun tewas tahun 2006, serdadu Muslim Inggris pertama yang meninggal di Afghanistan.

"Pernyataan-pertanyaan di internet, ada yang mengungkapkan duka dan ada pula yang menganggap adik saya sebagai penghianat karena ia bertugas sebagai tentara di Afghanistan," kata Zeeshan Hashmi.

Selain bahaya di lapangan seperti bom, granat, serangan bunuh diri, tentara Muslim Inggris juga menghadapi ancaman kelompok ekstrimis sekembalinya ke Inggris.

Seorang pria Birmingham dihukum tahun 2008 karena keterlibatannya dalam upaya penculikan dan pemenggalan seorang tentara Muslim Inggris.

Bukan perang melawan Islam

Able Rate Boubakr
Boubakr mendapat pujian dari masyarakat Muslim di Inggris

Able Rate Boubakr Kanye, tentara lain yang pernah bertugas di Kamp Bastion di Helmand, mengatakan kritikan terhadap mereka dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin mencari perhatian.

"Kami tetap fokus atas tugas kami dan mereka harus tahu semua hal baik yang kami lakukan di sini.

"Sebagian besar orang datang dan menjabat saya. Saya mendapat banyak email dari mesjid untuk menyatakan terimakasih atas semua tugas yang kami lakukan."

Kopral Raziya Aslam juga ditugaskan di Lashkar Gah, Helmand sebagai penterjemah sejak November 2010.

"Saya tidak menganggap tugas ini sebagai perang melawan Islam," katanya.

Orangtua nona Aslam yang lahir di Inggris berasal dari Pakistan. Ia memang sangat ingin bertolak ke Afghanistan selama satu tahun untuk belajar bahasa Pashto.

Di pangkalan militer kecil di Lashkar Gah, Aslam tinggal bersama tentara lain di serangkaian tenda yang didirikan di dekat masjid.

"Ada delapan orang dalam tenda kami. Kami bekerja antara 12-13 jam sehari. Setelah itu mandi, santai sebentar dan tidur. Jadi hanya tidur dan kerja."

Nona Aslam bergabung dengan unit Angkatan Udara Inggris 11 tahun lalu karena peluang untuk melakukan perjalanan ke sejumlah tempat.

Keluarganya sangat mendukung, namun ia mengakui mereka lebih menginginkan ia segera berkeluarga.

Tentara Muslim sedikit

Dr Joel Hayward, dekan akademi angkatan udara Inggris, Cranwell juga pemeluk Islam.

Ia mengatakan tidak memiliki masalah sebagai pemeluk Islam dan bertugas dalam angkatan bersenjata Inggris di Afghanistan.

"Ada korelasi langsung paling tidak dalam benak saya, sebagai seorang akademisi dan juga seorang Muslim...Jadi saya tidak ragu-ragu untuk memberitahu sesama Muslim bahwa kelompok yang kami hadapi di Afganistan tidak dapat dibandingkan dengan Islam," kata Cranwell.

Tetapi jumlah pemeluk Islam dalam angkatan bersenjata Inggris masih sedikit.

Jendral Sir David Richards kepala staf pertahanan baru-baru ini memuji tentara Muslim dan menyerukan agar lebih banyak lagi yang bergabung.

"Kami memiliki sejumlah tentara Muslim dalam angkatan bersenjata Inggris dan peranan mereka sangat penting.

"Mereka sangat bangga sebagai warga Inggris, dan sebagai pemeluk Islam, mereka merasa tidak ada kontradiksi dalam tugas mereka." (detik.news.com).

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.