Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 00.38
Fanatik...
Sungguh fanatik itu pembangunan
Pembangunan atas nama rakyat
Pembangunan atas nama bangsa
Yang membungkam, Menyepak, bahkan membantai
Peradaban sebuah adat
Yang dulu sangat dihargai
Dihormati
Dan bahkan didewakan

Tapi...
Lain dulu lain sekarang
Dulu kami masih bisa memancing di kali yang jernih
Kini bahkan bayangan ikan pun telah musnah
Bersama racun-racun atas nama kesejahteraan
Bersama keangkuhan sebuah modal
Yang hanya menguntungkan para pemuas nafsu
Yang menjarah kandungan berharga tanah kami

Dulu kami masih bisa berteduh di bawah pohon rindang
Kini bahkan batang kering pun telah tiada
Di tebang tangan-tangan angkuh
Dirontokkan mesin-mesin raksasa
Demi bijih emas, demi bijih timah dan bahkan intan permata

Dulu kami masih bisa minum air segar langsung dari alam
Yang bisa melepas semua dahaga
Yang dapat memusnahkan segala keletihan
Selepas kami menggarap tanah kami
Kini airku keruh, berminyak bahkan mengandung zat beracun
Yang bisa mematikan hanya dalam sekejap mata
Demi tegaknya modal para rentenir
Demi abadinya kekuasaan raksasa
Demi kejayaan orang yang tak pernah kami kenal
Semua atas nama rakyat
Semua atas nama pembangunan
Pembangunan yang tak pernah tercapai
Pembangunan yang menggulung habis harta milik kami

Sampai kapan kami bisa bertahan
Sampai kapan kami terus dijajah
Sampai kapan milik kami terus dijarah
Oh yah....
Sampai maut tinggal di pelupuk mata
Sampai yang tersisa tinggal lubang-lubang raksasa
Sampai yang tertinggal batu-batu besar
Sampai tanah kering kerontang
Sampai terik matahari tak lagi bersahabat

Oh tidak...
Bukankah kini maut kami tinggal di pelupuk mata
Bukankan kini tinggal lubang-lubang raksasa
Bukankah kini yang tersisa hanya batu-batu besar
Bukankah tanah kami tak lagi dapat ditanami
Dan bukankah terik matahari tidak lagi bersahabat
Bukankah bencana terus melanda
Bukankah semuanya tak lagi tersisa

Terus...
Sampai kapan?
Sampai kapan??
Sampai kapan???
Coba tanyakan pada hembusan angin malam
Siapa tahu dia bisa menjawab

* Janu Rahab Az-Zain

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.