Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 18.29
PHYLOPOP.com - Pagi itu ketika sedang berlangsung ujian dalam rangka test uji coba ujian nasional, bunyi handphone terdengar dari dalam tas salah satu peserta ujian yang terkumpul di depan pengawas, kontan saja pengawas ruang yang juga sekaligus guru mata pelajarannya mengambil tas salah seorang peserta tersebut.

Sebut saja Acis, Acis adalah seorang siswi yang duduk di kelas XII ini menempati tempat duduk kedua deretan paling belakang tersentak kaget ketika mendengar suara ringtone khasnya yang menjadi bunyi handphonenya , tidak seperti biasanya ada kepanikan yang mendalam terpancar diwajahnya, bukan karena ia melanggar peraturan yang wajib yakni mematikan Hpnya namun kelihatan ada yang lain yang membuat ia begitu sangat panik.

Segera saja tidak menghampiri pengawas kedepan dan seraya meminta tas yang ada ditangan pengawas untuk mengambil Hpnya, namun pengawas tidak begitu saja memberikannya dibukanya tas tersebut dan baru saja tangan pengawas mau mengambil Hp tersebut tangan Acis terlebih dahulu merebut HP dengan tanpa sopan dan langsung mematikannya tanpa terlebih dahulu membaca apa isi smsnya .

Ketidak sopanan Acis tersebut menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan yang mendalam akan isi yang sms di HP Acis, dibiarkan Acis mengerjakan soal ujian dengan sisa waktu yang ada , setelah ujian selesai pengawas yang sekaligus guru ini memanggil Acis dan membawa Acis ini keruangan BP/BK .

Awalnya Acis ini bersikap tidak mau diajak keruangan ,agak dipaksa tentunya Acis akhirnya mau juga ikut keruangannya nah disinilah terungkap ketika diminta untuk memperlihatkan Isi SMS yang diterimanya tadi , kontan ada penolakan yang sangat kuat untuk tidak memberikannya kepada guru yang bersangkutan seraya mengatakan bahwa isinya adalah pribadi , masalah keluarga dan seterusnya. Merasa ada yang janggal guru yang bersangkutan setengah memaksa meminta isi smsnya diperlihatkan, akhirnya Acis menyerah dengan wajah yang bersimbah air mata Acis memberikannya .

Alangkah kagetnya ketika membaca isi SMSnya dan belum rangkaian pesan-pesan sebelumnya ,diakuinya rangkaian pesan tersebut berasal dari beberapa temannya yang perempuan dan yang membuat kaget tentunya teman-temannya ini tergabung dalam suatu komunitas pencinta sesama jenis (lesbian) dan awalnya Acis tak mengakui keterlibatan dirinya dalam komunitas tersebut namun setelah didesak akhirnya dia mengaku sudah tiga bulanan dia bergabung dalam komunitas tersebut.

Dengan sedikit pendekatan akhirnya Acis bercerita banyak mengenai hal ihwal dia bergabung , siapa teman-teman komunitasnya , dimana saja dia sering berkumpul, alasannya dia bergabung dan tentu saja penelusuran selain Acis masih ada teman satu sekolah yang bergabung di komunitas ini jawabannya tidak ada dia hanya berteman dengan orang luar.

Sekilas dari paparan Acis ini kenapa ada penyimpangan terhadap dirinya selama ini ini dia hidup diantara saudara-saudara kandungnya yang semua lelaki , perhatian orang tua dan perlakuannya yang cenderung ke arah laki-laki membuat dirinya menjadi tomboy katanya memang dia memakai rok kalau kesekolah tapi rambutnya dibiarkan dengan potongan pendek dan tak beraturan , ada juga yang karena beban ekonomi orang tuanya kemudian dia nekad menjadi seorang lesbi karena ada bayarannya ,ujar acis mengenai temannya dan banyak faktor lainnya yang diceritakan oleh Acis sebagai alasannya.

Selama ini dibalik kerajinan dan sikap yang baik selama bersekolah, bergaul dengan teman-temannya sekelas baik dengan teman prianya dan wanitanya temasuk kepada guru-gurunya tidak ada yang aneh tentangnya, sikap dan kelakuannya biasa saja dan sewajarnya dalam pergaulannya, namun bila hal ini terjadi ternyata Acis pintar dalam menutupinya termasuk kepada teman sebangkunya.

Alasan–alasan apapun yang menjadikan dirinya menjadi seorang pencinta sesama jenis lesbian ataukah seorang Gay tentunya tidak dapat dibenarkan apalagi ditinjau dari sudut agama jelas hal ini sangat bertentangan. Dan para pelakunya temasuk Acis segera diberikan solusi untuk kembali kejalan semestinya dan sewajarnya.

Penyimpangan seperti Acis ini mungkin tak akan terjadi atau minimal bisa terdeteksi lebih dini apabila peran serta perhatian orang tua yang lebih peka terhadap perkembangan psikologi anak-anaknya , peran sekolah melalui guru BP/BKnya, wali kelasnya dan peran serta lingkungan yang baik terutama dasar keagamaan yang perlu diperkuat lagi.

(hanyalah sebuah cerita fiksi jangan ada kejadian yang seperti itu)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.