Kerangka Gajah Laut yang ditemukan di Pulau Subi Natuna |
PHYLOPOP.COM-Jakarta. Saat dinas di salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya di Kabupaten Natuna pada awal Juli 2011, saya sangat penasaran dengan apa yang diceritakan beberapa peserta Diklat. Dalam kisahnya, ia meceritakan kisah seorang penduduk bernama Amir yang telah menemukan tulang belulang raksasa yang dipercaya sebagai tulang belulang gajah laut. Diceritakan keberadaan gajah laut memang masih menjadi misteri bagi masyarakat Natuna.
Rasa penasaran itu lebih dikarenakan baru pertama kalinya saya mendengar ada binatang yang bernama gajah laut. Sepengetahuan saya, gajah hanya hidup di darat. Kalaupun berada di air, hanya sebatas untuk mandi dan minum. Lain halnya yang saya dengar dari cerita itu. Selain misterius karena hanya orang tertentu dan beruntung yang bisa melihatnya, juga karena dikisahkan ia bukan sekedar minum atau mandi di laut. Gajah laut itu hidup dan beranak pinang di laut. Luar biasa jika memang demikian.
Lalu dalam benak saya muncul praduga-ilmiah, jangan-jangan ia hewan langka yang berasal dari makhluk purba yang berhasil berevolusi dengan kondisi dan iklim bumi hingga saat ini?
Bridge Alif Stones |
Seorang Ibu membakar Lempen jualannya |
Setelah menikmati suasana sore pantai dengan angin sepoi-sepoinya, saya diajak ke sebuah rumah batu. Lebih tepatnya sih rumah itu dibangun di antara bebatuan besar dan di atas laut. Rumah itu adalah milik seorang pensiunan PNS bernama Pak Alif. Orangnya ramah bersahabar, serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme tinggi (mungkin sifat dan karakter inilah yang harus dimiliki setiap rakyat Indonesia yang hidup di pulau-pulau terdepan/terluar).
Yang menarik perhatian saya adalah rangkaian tulang belulang yang disusun rapi membentuk seekor binatang di dalam rumah Pak Alif. Teringat dengan kisah teman sebelumnya, saya mulai mengira-ngira bentuknya lebih mirip dengan gajah. Batinku pun bertanya : apa iya ini kerangka gajah laut yang mereka ceritakan itu? Namun sayang, keindahan bebatuan pinggir pantai lebih menarik perhatianku daripada sekedar bertanya tentang makhluk apa gerangan yang tinggal tulang belulang itu. Saya ditemani seorang teman dan tiga orang cucu putri Pak Alif umuran SD bergegas keluar dan berfoto ria di atas dan di antara bebatuan besar-raksasa yang masih menjadi pekarangan rumah Pak Alif itu.
Di atas rangkaian bebatuan Pantai Tanjung |
Kembali ke laptop. Saya tergolong orang yang tidak mudah percaya dengan cerita atau kisah belaka, apalagi mengandung unsur mistis. Untuk memahaminya secara ilmiah, saya pun bertanya kepada pada pengisah itu : dalam ilmu Biologi, adakah spesies gaja laut? Ia pun menjawab diplomatis : saya juga belum dengar tuh. Kepada teman yang lain saya mengajukan pertanyaan yang sama. Jawabannya lumayan menjawab rasa penasaran dan sekaligus logis. “saya lihat di internet ada kok?”, jawabnya tegas.
Mendengar seorang teman lain pernah melihat dan membaca di internet, sebagai orang yang ilmiah dan berpikir logis (sok ilmiah), saya pun berusaha melakukan hal yang sama setelah saya kembali ke Jakarta. Berdasarkan hasil penelusuran saya di mBah Boogle, inilah kisah mistis dan ilmiahnya.
Suasana Pantai Tanjung di sore hari |
Mengenal Lebih Dekat Gajah Laut
1. Spesies gajah laut
Ternyata, spesies gajah laut tidak hanya satu, melainkan dua. Gajah laut utara dan gajah laut selatan. Gajah laut utara bisa ditemukan di perairan California, Amerika Serikat. Namun, mereka lebih senang menjelajah ke pulau-pulau lepas pantai.
Sementara gajah laut selatan, memilih hidup di perairan Antartika dan sub-Antartika yang terkenal akan kondisi alam yang keras dan superdingin. Namun, gajah laut mendapatkan cukup banyak makanan di sana. Hewan laut seperti ikan, cumi, dan lainnya, dapat ia santap dan nikmati bersama kawanannya.
2. Deskripsi gajah laut
Tulang belulang gajah laut koleksi Pak Alif |
Gajah laut menghabiskan sebagian besar waktunya dengan hidup di laut, walau sesekali ia naik ke daratan. Hewan mamalia ini dapat menahan napasnya sekitar 120 menit, lebih lama dari hewan mamalia non-cetacea mana pun.
Binatang ini memiliki tubuh yang besar. Ukuran tubuh gajah laut jantan bisa mencapai 5 meter dengan berat sekitar 2.700 kg. Sementara ukuran tubuh betinanya lebih kecil, yaitu panjang sekitar 3 m dan berat 900 kg. Biasanya, ukuran tubuh gajah laut selatan lebih besar dibandingkan gajah laut utara. Tercatat, gajah laut selatan jantannya bisa mencapai panjang 6 meter dan berat sekitar 4.000 kg (4 ton).
Bentuk hidungnya besar dan menonjol, mirip sekali dengan belalai gajah. Namun, badannya menyerupai anjing laut. Oleh karena itu, ia dinamakan dengan gajah laut atau anjing laut gajah.
3. Kebiasaan gajah laut
Gajah laut yang terdampar di Pantai Lingga |
Seekor gajah laut senang menggaruk-garuk badannya. Ia menggunakan sirip depannya untuk menggaruk. Dengan siripnya itu, ia juga mengaispasir untuk ditaburkan ke tubuhnya sebagai pelindung dari sinar matahari. Binatang raksasa ini juga hobi berguling-guling. Selain itu, gajah laut juga senang mengaum. Ia gunakan belalainya yang unik itu untuk menghasilkan bunyi auman yang keras, khususnya pada musim kawin.
Namun, fungsi yang lebih penting dari hidungnya ini adalah untuk menyerap kelembapan dari embusan napasnya. Hal ini berguna saat musim kawin tiba, di mana ia jarang berburu di pantai. Sehingga, dengan melakukan rebreather, ia dapat mempertahankan kelembapannya.
Dalam menghadapi kondisi cuaca yang dingin, gajah laut menggunakan lemak tubuh dan bulunya untuk menghangatkan diri. Ketika musim untuk berkembang biak tiba, gajah laut akan berada di darat dan tidak makan selama. Mereka akan tidur sepanjang waktu.
4. Umur/usia
Lamanya masa hidup gajah laut jantan dan betina ternyata berbeda. Gajah laut betina umumnya dapat berhatan hidup selama 23 tahun. Mereka mulai melahirkan anak ketika menginjak usia 4-5 tahun. Sementara gajah laut jantan memiliki kematangan di usianya yang ke-5 tahun. Gajah laut jantan memiliki harapan hidup sekitar 20 tahun.
Akan tetapi, lamanya masa hidup mereka juga tergantung dari ulahmanusia. Kejahatan terbesar manusia terhadap alam salah satunya adalah dengan memburu binatang-binatang secara berlebihan. Hal ini juga dialami oleh gajah laut, yang keberadaannya mulai langka.
Gajah Laut Yang Mesterius
Menurut informasi yang saya peroleh dari http://natuna.org dan http://www.forumkami.net, seorang nelayan bernama Amir menemukan tulang belulang raksasa di perairan laut Natuna, tepatnya di Pulau Subi Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Dia telah menyelam untuk menangkap ikan ketika ia melihat makhluk terjebak dalam kandangnya. Ketika ia kembali tiga bulan kemudian ia menemukan tulang raksasa tersangkut di jaring-nya. Masyarakat setempat meyakininya sebagai gajah laut atau disebut Gajah Mina dalam bahasa setempat. Tulang raksasa ini salah satunya terdiri dari beberapa bagian seperti berupa taring panjang/gigi. Ukurannya diperkirakan antara 12 sampai 18 meter. Gajah laut ini memiliki belalai juga seperti gajah biasa. Sekarang Kerangka Gajah Laut telah di bawa dan di Simpan di Museum LEKAS Ranai Darat Natuna.
Pada tahun 2005 juga ditemukan satu lagi monster ini terdampar setelah tsunami di Aceh. Beberapa orang menganggap mereka sebagai "Gajah Mina Bali” sebagai dewa laut yang belum ditemukan. Satwa langka ini terdampar di Pantai Dungun, Kecamatan Lingga Utara, sekitar seminggu setelah tsunami Aceh. Pada tanggal 13 Januari 2005 binatang itu ditemukan masyarakat dalam keadaan mulai membusuk. Masyarakat mengenal satwa laut langka itu sebagai gajah mina atau gajah laut. Setelah ditemukan masyarakat, sebagian tubuh satwa laut itu sempat diperebutkan dan dibawa pulang ke rumah masing-masing. Sebagian tulang belulang itu hendak dijual oleh penduduk meski akhirnya sebagian besar dapat dikumpulkan dan diselamatkan oleh Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga.
Satwa itu memang masih menjadi misteri. Ada dugaan bahwa satwa itu merupakan satwa langka yang terdampar dan mati di perairan Laut China Selatan. Satwa itu memiliki panjang 14 meter dengan dua gading atau tanduk dengan panjang masing-masing 2,40 meter.
Dari catatan museum mini Linggam Cahaya terungkap panjang satwa laut langka dari pangkal ekor sampai kepala mencapai 12,40 meter, panjang pangkal ekor sampai ujung ekor 1,80 meter, panjang gading 2,40 meter, tebal kulit 10 sentimeter, panjang sirip bawah 78 cm, dan lebar sirip bawah 47 cm.
Dijadikan Media Penelitian Antartika
Menurut pemberitaan Tempo Interaktif, di Washington Gajah Laut dijadikan sebagai media untuk meneliti kawasan Antartika. Dingin yang menggigit dan es laut yang mengapung selama ini menghalangi ilmuwan mempelajari laut di sekitar Antartika di musim dingin. Tapi sekarang mereka punya solusinya, yakni mengirim gajah laut. Jean-Benoit Charrassin dari National Museum of Natural History di Paris yang memiliki gagasan tersebut. Ia memutuskan merekrut binatang itu untuk membantunya.
Para ilmuwan menempelkan perangkat pengumpul data elektronik ke tubuh 58 gajah laut yang tinggal di kawasan tersebut. Mamalia laut itu mampu menyelam hingga kedalaman 1,6 kilometer untuk mencari makanan.
Mesin itu mengirimkan kembali sinyal radio berisi informasi temperatur, tekanan, salinitas, dan posisi gajah laut itu ketika dia muncul ke permukaan.
Hasil pekerjaan gajah laut itu amat memuaskan. Data yang mereka kumpulkan ternyata sembilan kali lebih banyak dibanding data yang sebelumnya disuplai oleh pelampung dan kapal. Penyelaman gajah laut juga memberikan informasi 30 kali lebih banyak dibanding informasi yang diketahui para ahli sebelumnya tentang es laut di musim dingin.
Secara keseluruhan, para peneliti memperoleh 16.500 profil air dari instrumen yang dibawa gajah laut itu, termasuk 4.520 profil air dari bawah es laut. Dengan informasi itu, para ilmuwan bisa memetakan kondisi air Southern Ocean.
Mereka melaporkan bahwa formasi es laut memuncak pada April dan Mei, yakni ketika belahan Bumi bagian selatan mengalami awal musim dingin. (Admin).
ya,,sama kerangka yang ditemukan di lingga,yg sekarang ada dimuseum linggam cahaya dimana saya bekerjadimuseum tsb...
BalasHapus