PHYLOPOP.com - Bingung mencari bahan pengawet makanan yang alami? Aceh Development Fund (ADF) bersama mitranya akan membangun pabrik asap cair di Gampong Beunyot, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, melalui program Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Proses Perikanan (Terapan).
Asap cair adalah cairan yang dihasilkan dari pembakaran tanpa oksigen (pirolisis) yang diembunkan. Sedangkan, pirolisis adalah reaksi pembentukan secara fisika dengan kaedah pembakaran tidak sempurna.
Umi Fathanah, Koordinator Industri Asap Cair mengatakan, pabrik asap cair itu membutuhkan bahan baku tempurung kelapa sebanyak 1.200 kilogram dan sekitar 1 sampai 1,5 meter kayu kubik perhari untuk bahan bakar. “Dari hasil pembakaran, nanti akan diperoleh produk 400 liter asap cair, 120 liter tar dan 400 kilogram arang dalam sehari,” kata Umi, Jumat (22/7/2011).
Asap cair yang diproduksi dari pabrik itu ada tiga jenis yaitu grade 1, grade 2, dan grade 3. Asap cair grade 1 digunakan untuk pengawet makanan siap saji seperti mie, baso, tahu dan lain-lain. Asap cair grade 2 dapat dipakai sebagai bahan pengawet ikan basah. Sedangkan, asap cair grade 3 bisa dipakai untuk penggumpal lateks.
“Kita berharap masyarakat memakai asap cair, terutama untuk mengawetkan ikan basah dan berbagai jenis makanan siap saji lain karena asap cair berasal dari bahan yang alami dan aman bagi kesehatan,” katanya.
Selama ini, sebagian masyarakat menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan basah dan makanan siap saji padahal sangat berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu, produk arang yang dihasilkan dari pembakaran dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan arang aktif, pedagang sate atau warga yang memanfaatkan arang dalam kesehariannya.
Sedangkan, tar bisa dipakai untuk kayu meubel sebagai bahan antirayap. “Jadi, semua yang dihasilkan dari industri asap cair itu bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis,” kata Umi.
Sementara itu, Program Manajer Terapan, Faisal Hadi, mengatakan, total dana yang dianggarkan untuk pembangunan pabrik itu senilai Rp2,3 milyar, termasuk untuk peralatan mesin produksi asap cair dan program pelatihan. Dana untuk membangun semua kegiatan tersebut bersumber dari hibah Multi Donor Fund (MDF) melalui proyek Fasilitas Pembiayaan Pembangunan Ekonomi (EDFF).
Pabrik itu nanti menjadi milik Badan Usaha Milik Gampong (BUMG), dengan pengelola direkrut sesuai spesifikasi dan kualifikasi di bagian posisi pekerjaan yang dijalankan. “Pengelolaannya juga dimungkinkan bekerja sama dengan pihak swasta secara profesional,” kata Faisal.
Posting Komentar