Judul Buku: Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermenutika Penulis:Komarudin Hidayat Penerbit: Mizan Pustaka Tahun: 1, Mei 2011 Tebal : 326 halaman Harga : Rp 54.000
Bahasa kitab suci” Al Qur’an” terkenal sangat indah namun, sedikit orang yang mampu memahaminya. Dikarenakan Al Qur’an bukan kitab sastra juga buku ilmiah melainkan bahasa Tuhan. Bahasa arab kitab suci”Al Qur’an” seringkali di anggap kompleks oleh siap saja. Hanya, mereka yang memiliki intregritas dapat menjelakan dengan baik apa maksud bahasa Tuhan dalam kitab suci. Setidaknya, untuk mencoba memahami bahasa Tuhan seseorang harus memunyai bekal ilmu pengetahuan seperti, Ushul Fiqh, Nahwu, Mantiq, Balaghah, Ulumul Qur’an dan lain-lain.
Sekarang ini, banyak sekali orang yang hanya memahami bahasa Tuhan sesuai dengan kepentingannya sendiri. Misalanya, menafsirkan ayat-ayat untuk berjihad maupun untuk mengikuti kelompok Islam tertentu. Akhirnya, penafsiran yang di lakukan seolah-olah atas dasar kehendak Tuhan. Bukankah, menafsirkan bahasa Tuhan tidak boleh seenaknya sendiri?
Buku bertajuk ”Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika” karya Komarudin Hidayat hadir. Beliau, berupaya memperkenalkan metode baru kepada kita dalam menafsirkan kebahasaan Al Qur’an yakni dengan menggunakan metode baru ”hermenutika”. Sebab, al Qur’an erat kaitannya dengan masalah bahasa. Menurutnya, metode hermeneutika dapat membantu umat Islam dalam memahami bahasa teks suci yang berupa “Al Qur’an”.
Komarudin Hidayat, mengajak kepada pembaca untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menafsirkan bahasa Tuhan. Selama ini, kendala memahami bahasa Tuhan menjadi persoalan serius yang kemudian telah meredupkan semangat mengintrepretasikan teks suci. Hal ini, telah menjadi persoalan laten di internal umat Islam. Menggunakan pendekatan metode hermenutika diharapkan dapat mempermudah kita dalam memahami bahasa teks suci yang berupa Al Qura’an. (hal 53)
Bahasa Tuhan memang sulit di prediksi apa bunyi kemauannya. Setelah bahasa Tuhan berwujud tulisan yang di tulis manusia secara tidak langsung menjadi kesempatan bagi manusia untuk menafsirkan sesuai pengetahuannya bukan? Dan, yang menjadi pertanyaan besar adalah sejauhmana keunggulan hermenutika bila dibandingkan metode-metode yang sudah ada seperti ilmu ulumul qur’an maupun ushul fiqh?
Kedua ilmu tersebut sudah lama di jadikan pijakan di kalangan umat Islam untuk menafsirkan teks suci”Al Qur’an”. Dalam buku ini, penulis menunjuk kepada tiga macam bidang kajian wacana yaitu, ungkapan yang di gunakan untuk menjelaskan objek pemikiran metafisis. Kedua, bahasa kitab suci”Al Qur’an”. Ketiga, bahasa ritual keagamaan (hal 67)
Dengan begitu, maksud teks suci bisa di mengerti pembacanya. Terlepas dari semua itu, saya rasa wacana pemikiran yang di tawarkan oleh Komarudin Hidayat patut di pertimbangkan. Sebagai seorang muslim yang bepegang teguh pada ajaran Al Qur’an sudah sejatinya kita tidak boleh berhenti untuk mengkajinya. Kehadiran buku ini, penting untuk di baca oleh siapa saja. Sebagai khazanah keilmuan di zaman kekinian. Mengingat, bahwa Al Qur’an bukanlah manuskrip atau buku ilmiah yang menyajikan formula baru eksak.
Sehingga sulit bagi seseorang untuk memprediksikan bunyi dan makna teks yang sesungguhnya. Lewat buku ini, sekiranya dapat menumbuhkan spirit bagi umat Islam untuk mengembangkan kajian mengenai kitab sucinya yang berupa “Al Qur’an” sesuai dengan perkembangan keilmuan.Sebagaimana dikatakan Yasraf Amir Piliang dalam pengantarnya.
Buku ini, menawarkan sebuah perluasan horizon untuk pemahaman bahasa agama. Serta memperkenalkan metode baru dalam menafsirkan pemahaman teks-teks keagamaan seperti Al Quran dan As Sunnah. Tentunya, merugi bila Anda melewatkan buku ini bukan?
Presensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti (Himpunan Mahasiswa Alumni Santri Keluarga Tebuireng), Yogyakarta.
Bahasa kitab suci” Al Qur’an” terkenal sangat indah namun, sedikit orang yang mampu memahaminya. Dikarenakan Al Qur’an bukan kitab sastra juga buku ilmiah melainkan bahasa Tuhan. Bahasa arab kitab suci”Al Qur’an” seringkali di anggap kompleks oleh siap saja. Hanya, mereka yang memiliki intregritas dapat menjelakan dengan baik apa maksud bahasa Tuhan dalam kitab suci. Setidaknya, untuk mencoba memahami bahasa Tuhan seseorang harus memunyai bekal ilmu pengetahuan seperti, Ushul Fiqh, Nahwu, Mantiq, Balaghah, Ulumul Qur’an dan lain-lain.
Sekarang ini, banyak sekali orang yang hanya memahami bahasa Tuhan sesuai dengan kepentingannya sendiri. Misalanya, menafsirkan ayat-ayat untuk berjihad maupun untuk mengikuti kelompok Islam tertentu. Akhirnya, penafsiran yang di lakukan seolah-olah atas dasar kehendak Tuhan. Bukankah, menafsirkan bahasa Tuhan tidak boleh seenaknya sendiri?
Buku bertajuk ”Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika” karya Komarudin Hidayat hadir. Beliau, berupaya memperkenalkan metode baru kepada kita dalam menafsirkan kebahasaan Al Qur’an yakni dengan menggunakan metode baru ”hermenutika”. Sebab, al Qur’an erat kaitannya dengan masalah bahasa. Menurutnya, metode hermeneutika dapat membantu umat Islam dalam memahami bahasa teks suci yang berupa “Al Qur’an”.
Komarudin Hidayat, mengajak kepada pembaca untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menafsirkan bahasa Tuhan. Selama ini, kendala memahami bahasa Tuhan menjadi persoalan serius yang kemudian telah meredupkan semangat mengintrepretasikan teks suci. Hal ini, telah menjadi persoalan laten di internal umat Islam. Menggunakan pendekatan metode hermenutika diharapkan dapat mempermudah kita dalam memahami bahasa teks suci yang berupa Al Qura’an. (hal 53)
Bahasa Tuhan memang sulit di prediksi apa bunyi kemauannya. Setelah bahasa Tuhan berwujud tulisan yang di tulis manusia secara tidak langsung menjadi kesempatan bagi manusia untuk menafsirkan sesuai pengetahuannya bukan? Dan, yang menjadi pertanyaan besar adalah sejauhmana keunggulan hermenutika bila dibandingkan metode-metode yang sudah ada seperti ilmu ulumul qur’an maupun ushul fiqh?
Kedua ilmu tersebut sudah lama di jadikan pijakan di kalangan umat Islam untuk menafsirkan teks suci”Al Qur’an”. Dalam buku ini, penulis menunjuk kepada tiga macam bidang kajian wacana yaitu, ungkapan yang di gunakan untuk menjelaskan objek pemikiran metafisis. Kedua, bahasa kitab suci”Al Qur’an”. Ketiga, bahasa ritual keagamaan (hal 67)
Dengan begitu, maksud teks suci bisa di mengerti pembacanya. Terlepas dari semua itu, saya rasa wacana pemikiran yang di tawarkan oleh Komarudin Hidayat patut di pertimbangkan. Sebagai seorang muslim yang bepegang teguh pada ajaran Al Qur’an sudah sejatinya kita tidak boleh berhenti untuk mengkajinya. Kehadiran buku ini, penting untuk di baca oleh siapa saja. Sebagai khazanah keilmuan di zaman kekinian. Mengingat, bahwa Al Qur’an bukanlah manuskrip atau buku ilmiah yang menyajikan formula baru eksak.
Sehingga sulit bagi seseorang untuk memprediksikan bunyi dan makna teks yang sesungguhnya. Lewat buku ini, sekiranya dapat menumbuhkan spirit bagi umat Islam untuk mengembangkan kajian mengenai kitab sucinya yang berupa “Al Qur’an” sesuai dengan perkembangan keilmuan.Sebagaimana dikatakan Yasraf Amir Piliang dalam pengantarnya.
Buku ini, menawarkan sebuah perluasan horizon untuk pemahaman bahasa agama. Serta memperkenalkan metode baru dalam menafsirkan pemahaman teks-teks keagamaan seperti Al Quran dan As Sunnah. Tentunya, merugi bila Anda melewatkan buku ini bukan?
Presensi adalah Ahmad Faozan, Ketua Himasakti (Himpunan Mahasiswa Alumni Santri Keluarga Tebuireng), Yogyakarta.
Posting Komentar