PHYLOPOP.com - Bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang masih dililit kemiskinan, hiruk pikuk politik negeri ini tidaklah terlalu berpengaruh. Jangankan ganti menteri, pergantian orang nomor satu negeri ini pun tak begitu menarik baginya. Tak heran, kabar Reshuffle Kabinet kali ini pun sama sekali bukan masalah prioritasnya. Bahkan mungkin cenderung muak dengan kabar berbagai media seperti koran dan televisi yang setiap hari menyuguhkan berita-berita yang menampilkan kesibukan presiden dan para menterinya menyikapi adanya reshuffle.
Yang terpenting bagi mereka bukanlah isu politik, bukan pernyataan para birokrat yang menyatakan keberhasilannya memimpin sebuah instansi, bukan pula pergantian para menteri kabinet. Alih-alih memikirkan tetek bengek politik dan birokrasi, untuk urusan perut pun rakyat haruslah banting tulang dengan berbagai pekerjaan yang tak jelas nama dan penghasilannya. Masih untung dalam sehari mereka bisa makan satu atau dua kali. Malah lebih sering kelaparan tanpa ada yang peduli. Pun ketika mereka hendak meminta belas kasih di jalanan-jalanan kota, polisi dan Satpol PP siap menghadang. Jika tertangkap, masalah baru turut menyertai. Harusnya sore atau malam hari ia bisa pulang membawa satu dua bungkus nasi untuk anak istri, malah yang di rumah tak berdaya menahan lapar. Bagaimana tidak, sang pencari nafkah tertangkap razia atas nama ketertiban dan aturan hukum. Tinggallah nasib datang menghampiri, apakah bisa bertahan hidup atau justru maut menjemput.
Bicara soal kemiskinan dan kelaparan negeri ini bukanlah hal baru. Jadi mungkin tak terlalu menarik bagi sebagian orang, karena orang-orang seperti saya (barangkali ini ada dalam pikiran Anda), hanya bisa beretorika daripada beraksi. Oke, itu memang tak selalu salah. Tapi sadarkah kita bahwa dalam sebuah negeri yang mengalami banyak masalah apakah kita cenderung diam tanpa berbuat apa-apa? Bahkan berbuat melalui tulisan sederhana sekalipun? Percayakah Anda bahwa sebuah tulisan lebih tajam daripada pedang? Jadi, masih beranikan kita mengatakan bahwa orang-orang masih banyak berbicara daripada tindakan nyata?
Oke saya memang menyadari lebih banyak berbicara (menulis) daripada berbuat nyata. Tapi bagi saya ini sudahlah sebuah kemajuan dan keberanian. Daripada saya hanya menyaksikan dan diam seribu bahasa, ini jauh lebih baik. Berharap ada yang membaca dan tergerak hatinya untuk meneruskan apa yang saya maksud dalam berbagai tulisan. Terutama sekali buat para menteri yang duduk di jajaran reshuffle ketiga ini. Semoga reshuffle kali ini tidak melulu bernuansa politik, tapi juga melihat sisi bagi kesejahteraan rakyat. Amin.
Zainudin, M.Si. (Kementerian Dalam Negeri)
Ini adalah pendapat pribadi
Posting Komentar