Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 06.10
Peningkatan status ekonomi dan politik pada kaum wanita mendorong kenaikan jumlah wanita perokok yang mengakibatkan mereka berisiko terserang penyakit dan meninggal dini beberapa dasawarsa ke depan.

Sebuah analisa di 74 negara menemukan bahwa kaum pria lima kali lebih mungkin merokok dibanding wanita di negara-negara dengan pemberdayaan perempuan yang lebih rendah seperti China, Indonesia, Pakistan, Arab Saudi dan Uganda.

Namun di negara-negara dengan pemberdayaan perempuan yang relatif tinggi seperti Australia, Kanada, Norwegia, Swedia, dan Amerika Serikat kesenjangan itu kecil dan jumlah wanita perokok hampir sebanyak pria.

Douglas Bettcher, direktur Inisiatif Bebas Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, penemuan itu menunjukkan perlunya pihak berwenang untuk bertindak cepat menekan laju merokok pada kaum wanita, terutama di negara miskin.

"Epidemi tambakau masih dalam tahap awal di banyak negara, tetapi diperkirakan memburuk," katanya dalam pernyataan bersama studi itu yang dipublikasikan dalam WHO Bulletin.

"Kebijakan pengendalian tembakau yang kuat seperti larangan iklan tembakau diperlukan untuk mencegah industri tembakau menyasar kaum wanita," katanya.

Tembakau membunuh hingga setengah penggunanya dan digambarkan WHO sebagai "salah satu ancaman kesehatan publik terbesar yang dihadapi dunia."

Kematian yang terkait dengan tembakau mencapai lebih dari lima juta orang per tahun, dan dapat meningkat hingga melampaui delapan juta orang pada 2030 jika tidak ada aksi untuk mengendalikan merokok, kata sejumlah ahli.

Studi itu memperkirakan bahwa pria merokok hampir lima kali lebih banyak dibanding perempuan di seluruh dunia, tetapi rasio prevalensi merokok wanita terhadap pria berbeda secara drastis.

Contohnya, di China, 61 persen pria dilaporkan menjadi perokok, dibandingkan dengan 4,2 persen wanita, sedangkan di banyak negara kaya jumlah pria dan wanita perokok hampir sama.

Pemberdayaan perempuan diukur oleh Program Pembangunan PBB dengan menggunakan data seperti keterwakilan di parlemen, hak memberikan suara dan membandingkan pendapatan pria dan wanita.

"Studi kami membuat kasus yang kuat untuk mengimplementasikan aktivitas pengendalian tembakau khusus gender...seperti meningkatkan pajak tembakau, meningkatkan grafik peringatan kesehatan, peraturan bebas rokok, serta larangan promosi dan iklan," kata Geoffrey Fong dari Universitas Waterloo di Ontario, kanada, yang memimpin penelitian itu.

Wakilnya Sara Hitchman mengatakan, pihak berwenang perlu melihat dari dekat "cara-cara industri tembakau memanfaatkan perubahaan sosial untuk menyasar kaum wanita, seperti memasarkan rokok kepada wanita sebagai simpol emansipasi."

Kedua penulis itu mengatakan langkah yang bermafaat adalah memantau bagaimana kebijakan harga dan pajak mempengaruhi penyerapan rokok pada wanita di negara-negara tempat tambakau tidak banyak digunakan oleh mereka.

"Penelitian lebih lanjut terhadap pola penyerapan rokok dapat membantu pemerintah mengambil lebih banyak langkah efektif dan mengurangi laju merokok pada kaum wanita pada masa depan," kata Hitcman. (yahoo.com).

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.