London: Cinta sejati berhubungan dengan kebahagian di masa-masa kecil. Memiliki masa yang bahagia saat masih kecil cenderung mengurangi kesempatan hidup bahagia selamanya dengan cinta sejati.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Cambridge. Para peneliti mengatakan kepada London Daily Mail, Senin (28/2) bahwa anak-anak yang bahagia adalah anak-anak yang percaya diri dan akan menjadi orang dewasa yang percaya diri. Sehingga mereka lebih mungkin untuk memangkas kerugian dan menghindari berhubungan yang yang gagal, dengan harapan bahwa semuanya akan aman dan berhasil.
Para peneliti ini melihat ribuan warga Inggris yang lahir pada pekan yang sama pada 1946. Pada saat mereka remaja, kebahagiaan mereka dinilai, keramahan dan energi, serta sisi lain seperti kegelisahan, ketidaktaatan, dan kecemasan. Saat ini mereka semua berusia 65, mereka diteliti lagi untuk melihat apa yang terjadi dengan mereka.
Profesor Felicia Huppert, Direktur Universitas Institute Kesejahteraan, mengatakan banyak anak-anak yang bahagia memiliki pernikahan yang tidak terlalu bahagia. "Salah satu faktor mungkin bahwa anak-anak yang positif memiliki harga diri yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka, dan lebih bersedia untuk meninggalkan sebuah pernikahan jika tidak memenuhi kebutuhan mereka," katanya pada koran.
Namun, perkawinan tidak bahagia tidak selalu berarti hidup yang tidak bahagia.
Huppert mengatakan, peneliti juga menemukan bahwa remaja yang bahagia menjadi puas dalam pekerjaan mereka, memiliki lebih banyak hobi dan kehidupan sosial yang sibuk. Mereka juga kurang kemungkinan untuk menderita masalah kejiwaan di tahun kemudian.
"Bahkan saat kesulitan keuangan yang besar, pembuat kebijakan harus memprioritaskan kesejahteraan anak-anak kita sehingga mereka memiliki awal terbaik dalam hidup," kata Huppert.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Cambridge. Para peneliti mengatakan kepada London Daily Mail, Senin (28/2) bahwa anak-anak yang bahagia adalah anak-anak yang percaya diri dan akan menjadi orang dewasa yang percaya diri. Sehingga mereka lebih mungkin untuk memangkas kerugian dan menghindari berhubungan yang yang gagal, dengan harapan bahwa semuanya akan aman dan berhasil.
Para peneliti ini melihat ribuan warga Inggris yang lahir pada pekan yang sama pada 1946. Pada saat mereka remaja, kebahagiaan mereka dinilai, keramahan dan energi, serta sisi lain seperti kegelisahan, ketidaktaatan, dan kecemasan. Saat ini mereka semua berusia 65, mereka diteliti lagi untuk melihat apa yang terjadi dengan mereka.
Profesor Felicia Huppert, Direktur Universitas Institute Kesejahteraan, mengatakan banyak anak-anak yang bahagia memiliki pernikahan yang tidak terlalu bahagia. "Salah satu faktor mungkin bahwa anak-anak yang positif memiliki harga diri yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka, dan lebih bersedia untuk meninggalkan sebuah pernikahan jika tidak memenuhi kebutuhan mereka," katanya pada koran.
Namun, perkawinan tidak bahagia tidak selalu berarti hidup yang tidak bahagia.
Huppert mengatakan, peneliti juga menemukan bahwa remaja yang bahagia menjadi puas dalam pekerjaan mereka, memiliki lebih banyak hobi dan kehidupan sosial yang sibuk. Mereka juga kurang kemungkinan untuk menderita masalah kejiwaan di tahun kemudian.
"Bahkan saat kesulitan keuangan yang besar, pembuat kebijakan harus memprioritaskan kesejahteraan anak-anak kita sehingga mereka memiliki awal terbaik dalam hidup," kata Huppert.
Posting Komentar