Denpasar: Pria dan wanita berciuman di depan umum dinilai tak sesuai adat timur. Namun di Bali saling berciuman justru menjadi tradisi menyambut Tahun Baru Saka 1933 sekaligus perayaan pasca-Nyepi. Tradisi warisan leluhur bernama omed-omedan ini ditujukan untuk mempererat tali silaturami antarwarga desa sekaligus menolak bala.
Tradisi warisan leluhur ini memang unik, sepasang pemuda dan pemudi tak ragu saling berciuman di depan umum. Yang boleh ikut tradisi ini hanya yang usianya sudah berusia di atas 17 tahun. Omed-omedan dibagi jadi dua kelompok, warga berusia 17 hingga 30 tahun dan warga dewasa yang belum menikah.
Tak hanya berciuman atau berpelukan, mereka juga dihadiahi siraman air untuk menambah keriuhan suasana.
Menurut sesepuh Desa Sesetan, Banjar Kala, tradisi ini tak hanya sekadar mengundang kegembiraan, tapi juga dipercaya bisa menghindarkan desa dari wabah penyakit dan bencana. Sering terjadi di penghujung acara, terdapat beberapa orang yang kesurupan usai disiram air suci percikan pemangku desa. (yahoo.com).
Tradisi warisan leluhur ini memang unik, sepasang pemuda dan pemudi tak ragu saling berciuman di depan umum. Yang boleh ikut tradisi ini hanya yang usianya sudah berusia di atas 17 tahun. Omed-omedan dibagi jadi dua kelompok, warga berusia 17 hingga 30 tahun dan warga dewasa yang belum menikah.
Tak hanya berciuman atau berpelukan, mereka juga dihadiahi siraman air untuk menambah keriuhan suasana.
Menurut sesepuh Desa Sesetan, Banjar Kala, tradisi ini tak hanya sekadar mengundang kegembiraan, tapi juga dipercaya bisa menghindarkan desa dari wabah penyakit dan bencana. Sering terjadi di penghujung acara, terdapat beberapa orang yang kesurupan usai disiram air suci percikan pemangku desa. (yahoo.com).
Posting Komentar