Riset menunjukkan, semakin banyak orang menyadari pentingnya perencanaan keuangan dan cara mengelola uang yang baik dan benar. Kemandirian finansial menjadi tujuan banyak orang, terutama mereka yang berusia matang dan memiliki penghasilan rata-rata Rp 10 juta per bulan, baik laki-laki maupun perempuan. Edukasi mengenai tata kelola keuangan personal rupanya berdampak positif bagi mereka yang memiliki fasilitas keuangan seperti kartu kredit dan rekening di bank. Pemahaman mengenai cara mengelola dan merencanakan keuangan ini membuat 89 persen orang Indonesia merasa lebih optimistis menghadapi masa depan dengan kemandirian finansialnya.
Citigroup Asia Pasific merilis hasil riset yang dilakukannya pada 2010 melalui wawancara online kepada 500 responden di seluruh Indonesia. Hasilnya terlihat bahwa nilai financial quotient untuk Indonesia adalah 57 dari 100 poin. Nilai ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, 52. Financial quotient adalah istilah yang digunakan Citigroup untuk menunjukkan kesadaran akan kondisi keuangan dan kemampuan seseorang dalam memahami pentingnya perencanaan keuangan, dan mengimplementasikan tata kelola keuangan dengan baik. Melalui riset ini, Citigroup menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia yang peduli mengenai perencanaan keuangan.
Riset ini juga menyebutkan, sebagian besar orang Indonesia dengan penghasilan rata-rata Rp 10 juta per bulan merasa optimistis dengan masa depan finansialnya. Lebih dari 60 persen responden juga mengaku membayar penuh tagihan kartu kredit secara reguler. Meskipun begitu, dengan penghasilan tersebut, hanya 67 persen responden yang terbiasa menabung secara rutin.
"Sedangkan 24 persennya berusaha menabung saat memungkinkan, saat bonus akhir tahun, atau saat menerima tunjangan hari raya. Artinya, orang dengan penghasilan Rp 10 juta pun masih banyak yang belum berdisiplin dengan kebiasaan menabung meski mereka menyadari perencanaan keuangan itu penting," papar Hotman Simbolon, Vice President Customer Care Center Head Citibank, dalam kegiatan Citibank Journalist Class di Jakarta, Rabu (2/3/2011) lalu.
Meski kesadaran orang Indonesia meningkat dalam merencanakan keuangan, pada praktiknya hanya 47 persen responden yang mengakui mematuhi anggaran bulanan yang dibuatnya. Sementara, kata Hotman, 38 persen orang sudah membuat anggaran tetapi masih berusaha mengaplikasikannya.
Kesadaran yang tak dibarengi implementasi nyata ini membuat banyak orang akhirnya tidak mampu secara finansial dalam memasuki masa pensiun. Survei yang menyasar kalangan melek teknologi ini menunjukkan data, hanya 34 persen orang yang yakin berapa dana pensiun yang dibutuhkannya beberapa tahun mendatang. Sejumlah 31 persen tidak mengetahui kebutuhan dana pensiun; hanya 13 persen telah memiliki rencana pensiun; dan 22 persen belum memulai rencana apa pun.
"Padahal, perencanaan dana pensiun perlu dimulai sejak saat ini, dalam jangka panjang, bukan pada saat tujuh tahun menjelang waktu pensiun tiba," ujar Hotman.
Selain minimnya kedisplinan menabung, ketidaksiapan menghadapi masa pensiun, survei ini juga menunjukkan satu dari lima orang Indonesia tak memiliki cukup tabungan jika ternyata harus kehilangan pekerjaan. Artinya, jelas Hotman, 20 persen responden mengaku hanya bisa menafkahi hidupnya selama tiga bulan jika harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Sementara 80 persen yang lainnya mengaku tabungan yang dimilikinya hanya bisa membuatnya bertahan dalam 2,5 bulan atau 70 hari saja.
Pemahaman mengenai pentingnya perencanaan keuangan nyatanya tak dibarengi pengetahuan mengenai asuransi dan investasi. Kondisi inilah yang membuat orang Indonesia belum mampu mandiri secara finansial. Dari 500 responden, 54 persen merasa sudah terlindungi asuransi dan 24 persen tidak memiliki asuransi sama sekali. Kebanyakan dari responden bahkan tak mengetahui pilihan investasi yang tepat untuk mengembangkan nilai uang yang dimilikinya. Jika diberikan uang sebesar enam bulan gaji, hanya 45 persen responden yang mengaku tahu cara berinvestasi yang tepat untuk dirinya.
Tak mengherankan jika kemudian banyak ditemukan orang Indonesia yang khawatir dengan masa depannya. Karena pada umumnya, banyak orang yang belum mandiri secara finansial lantaran tak membangun kebiasaan dan berdisiplin menyisihkan uang dari penghasilan untuk berbagai anggaran dalam mempersiapkan masa depan.
"Membuat anggaran menjadi solusi finansial yang perlu dilakukan. Dengan budgeting, Anda bisa mengontrol keuangan, menghindarkan Anda dari masalah finansial, menjadi konsumen yang lebih cerdas, mampu merancang dan meraih tujuan finansial, dan memiliki masa depan yang lebih baik," tutur Hotman.
Melakukan budgeting juga akan memudahkan Anda untuk menabung, berinvestasi, dan berbagi penghasilan melalui zakat sebagai bentuk fungsi sosial sebagai individu. (kompas.com).
Citigroup Asia Pasific merilis hasil riset yang dilakukannya pada 2010 melalui wawancara online kepada 500 responden di seluruh Indonesia. Hasilnya terlihat bahwa nilai financial quotient untuk Indonesia adalah 57 dari 100 poin. Nilai ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, 52. Financial quotient adalah istilah yang digunakan Citigroup untuk menunjukkan kesadaran akan kondisi keuangan dan kemampuan seseorang dalam memahami pentingnya perencanaan keuangan, dan mengimplementasikan tata kelola keuangan dengan baik. Melalui riset ini, Citigroup menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia yang peduli mengenai perencanaan keuangan.
Riset ini juga menyebutkan, sebagian besar orang Indonesia dengan penghasilan rata-rata Rp 10 juta per bulan merasa optimistis dengan masa depan finansialnya. Lebih dari 60 persen responden juga mengaku membayar penuh tagihan kartu kredit secara reguler. Meskipun begitu, dengan penghasilan tersebut, hanya 67 persen responden yang terbiasa menabung secara rutin.
"Sedangkan 24 persennya berusaha menabung saat memungkinkan, saat bonus akhir tahun, atau saat menerima tunjangan hari raya. Artinya, orang dengan penghasilan Rp 10 juta pun masih banyak yang belum berdisiplin dengan kebiasaan menabung meski mereka menyadari perencanaan keuangan itu penting," papar Hotman Simbolon, Vice President Customer Care Center Head Citibank, dalam kegiatan Citibank Journalist Class di Jakarta, Rabu (2/3/2011) lalu.
Meski kesadaran orang Indonesia meningkat dalam merencanakan keuangan, pada praktiknya hanya 47 persen responden yang mengakui mematuhi anggaran bulanan yang dibuatnya. Sementara, kata Hotman, 38 persen orang sudah membuat anggaran tetapi masih berusaha mengaplikasikannya.
Kesadaran yang tak dibarengi implementasi nyata ini membuat banyak orang akhirnya tidak mampu secara finansial dalam memasuki masa pensiun. Survei yang menyasar kalangan melek teknologi ini menunjukkan data, hanya 34 persen orang yang yakin berapa dana pensiun yang dibutuhkannya beberapa tahun mendatang. Sejumlah 31 persen tidak mengetahui kebutuhan dana pensiun; hanya 13 persen telah memiliki rencana pensiun; dan 22 persen belum memulai rencana apa pun.
"Padahal, perencanaan dana pensiun perlu dimulai sejak saat ini, dalam jangka panjang, bukan pada saat tujuh tahun menjelang waktu pensiun tiba," ujar Hotman.
Selain minimnya kedisplinan menabung, ketidaksiapan menghadapi masa pensiun, survei ini juga menunjukkan satu dari lima orang Indonesia tak memiliki cukup tabungan jika ternyata harus kehilangan pekerjaan. Artinya, jelas Hotman, 20 persen responden mengaku hanya bisa menafkahi hidupnya selama tiga bulan jika harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Sementara 80 persen yang lainnya mengaku tabungan yang dimilikinya hanya bisa membuatnya bertahan dalam 2,5 bulan atau 70 hari saja.
Pemahaman mengenai pentingnya perencanaan keuangan nyatanya tak dibarengi pengetahuan mengenai asuransi dan investasi. Kondisi inilah yang membuat orang Indonesia belum mampu mandiri secara finansial. Dari 500 responden, 54 persen merasa sudah terlindungi asuransi dan 24 persen tidak memiliki asuransi sama sekali. Kebanyakan dari responden bahkan tak mengetahui pilihan investasi yang tepat untuk mengembangkan nilai uang yang dimilikinya. Jika diberikan uang sebesar enam bulan gaji, hanya 45 persen responden yang mengaku tahu cara berinvestasi yang tepat untuk dirinya.
Tak mengherankan jika kemudian banyak ditemukan orang Indonesia yang khawatir dengan masa depannya. Karena pada umumnya, banyak orang yang belum mandiri secara finansial lantaran tak membangun kebiasaan dan berdisiplin menyisihkan uang dari penghasilan untuk berbagai anggaran dalam mempersiapkan masa depan.
"Membuat anggaran menjadi solusi finansial yang perlu dilakukan. Dengan budgeting, Anda bisa mengontrol keuangan, menghindarkan Anda dari masalah finansial, menjadi konsumen yang lebih cerdas, mampu merancang dan meraih tujuan finansial, dan memiliki masa depan yang lebih baik," tutur Hotman.
Melakukan budgeting juga akan memudahkan Anda untuk menabung, berinvestasi, dan berbagi penghasilan melalui zakat sebagai bentuk fungsi sosial sebagai individu. (kompas.com).
Posting Komentar