PHYLOPOP.com - Lembur saat week end memang terkadang menjengkelkan Phylovers. Kadang juga menyenangkan. Apalagi kalau lembur itu dilakukan dengan ikhlas dan suka cita dalam hati. Tapi kali ini Phylopop bukan bermaksud menceritakan apakah lembur itu menyenangkan atau tidak. Karena itu terkait suasana hati seseorang. Dan lain kali jika Phylovers tertarik akan Phylopop bahas lain kesempatan.
Ada tiga orang berpakaian wanita menaiki kereta. Warnanya mencolok mirip seragam para pramugari sebuah maskapai penerbangan. Orang-orang mengarahkan pandangannya seolah penasaran siapa gerangan para wanita berseragam itu. Sekilas memang tampak ayu dan mempesona. Tapi dengan cepat pun orang bisa menilai bahwa mereka sebenarnya lelaki. Penampilan dan pakaiannya saja yang sudah disulap layaknya sang dewi.
Ya, tak lain dan tak bukan mereka adalah para waria. Layaknya para pekerja kantor yang lembur di hari Sabtu, mereka pun ikut pulang di malam itu. Kembali kerumah dengan hasil yang hanya mereka dan Tuhan saja yang tahu berapa.
Sesekali mereka saling ngobrol. Sesekali juga berlenggak lenggok bahkan tak canggung mengeluarkan cermin, lipstik dan sisir untuk bersolek. Setidaknya itulah pemandangan yang berhasil terekam Phylovers di malam minggu itu.
Pemandangan seperti ini memang lazim disaksikan para anak kereta. Yang setiap hari mengandalkan transportasi massa murah meriah namun sering sesak kelebihan muatan ini.
Para waria itu layaknya para pekerja lainnya. Mereka berangkat pagi bahkan subuh ke kota Jakarta yang bisa memberikan mereka kehidupan. Mereka bisa berasal dari mana saja, dari seluruh daerah. Namun karena biaya hidup, sandang-papan, di Jakarta tak terjangkau kantong mereka, biasanya tinggal di daerah sekitar Jakarta. Bogor, Tangerang, Bekasi dan tak ketinggalan Depok.
Sebelum sistem keamanan stasiun Jabotabek aman seperti sekarang, para waria ini biasa menghibur penumpang kereta. Ditengah padatnya penumpang dan lalu lalang penjual serta pengemis, mereka mengais rezeki, berharap belas kasih penumpang yang merasa terhibur. Meski sebenarnya bukan hiburan yang penumpang dapatkan. Sepanjang perjalanan, dari Bogor ke Jakarta, lanjut ke Bekasi dan Tangerang dan kembali lagi ke Jakarta. Sore atau malamnya mereka pulang untuk istirahat. Begitu terus rutinitas yang mereka lakuka.
Sekarang, para waria ini tak bisa lagi mendapatkan rezeki di atas kereta. Tidak hanya di Jabodetabek tentunya. Stasiun Kereta di seluruh negeri, terutama di pulau Jawa sudah tidak lagi membolehkan mereka, dan para pengemis serta penjual memasuki stasiun. Kecuali untuk bepergian tentunya.
Tak terasa, tiba juga kereta ini di stasiun tujuan, Depok Baru. Phylopop pun bergegas turun, melangkah dengan sigap ke arah pintu keluar. Sesekali memperhatikan ketiga waria tadi yang ternyata tak ikut turun. Mungkin saja tujuannya Citayam atau mungkin mereka melanjutkan tugasnya ke Bogor atau puncak. Entahlah, hanya mereka dan Tuhan sajalah yang tahu.
Posting Komentar