PHYLOPOP.com - Banyak mitos tentang pernikahan yang dipercaya dapat membawa kebahagiaan. Mitos tersebut terkadang menimbulkan ekspektasi yang tinggi bagi mayoritas orang yang merencanakan pernikahan. Padahal, belum tentu mitos itu benar dan yang terjadi malah sebaliknya. Berikut 5 mitos seputar pernikahan yang sebaiknya tidak perlu Anda hiraukan, seperti yang dilansir Times of India.
1. Pernikahan dapat Membuat Anda Tak Kesepian Lagi
Banyak sekali pasangan yang membenarkan mitos tersebut. Mereka menganggap bahwa dalam pernikahan, semua hal akan dijalani dan ditanggung berdua. Jika sedang dirundung masalah di kantor atau dengan keluarga, mereka menganggap akan ada pasangan yang menemani sehingga mereka tidak akan kesepian. Nyatanya, beberapa wanita saat ini tetap merasa kesepian meskipun mereka telah menikah. Bagi Anda yang kesepian dan merasa bahwa pernikahan merupakan solusinya, Anda perlu berpikir dan mengidentifikasi lebih jauh tentang mitos tersebut. Menikahlah karena Anda memang ingin dan siap.
2. Dapat Melakukan Hubungan Seksual Kapan Saja
Hasrat seksual dan frekuensi Anda untuk melakukan hubungan seks tergantung dari libido masing-masing. Selain itu, gairah seksual bisa saja berkurang seiring bertambahnya waktu. Pasangan yang terus-menerus bertengkar satu sama lain tentu tidak mendapatkan kepuasan seks yang cukup. Jika Anda berpikir bahwa pernikahan dapat selalu memuaskan hasrat seksual, tidak sepenuhnya benar. Ada kalanya pasangan tidak bisa bercinta karena sudah terlalu lelah akibat pekerjaan menumpuk, sibuk mengurus anak atau waktu yang sangat terbatas. Menikah adalah hal yang rumit, bukan sekadar cara untuk melegalkan hubungan seksual.
3. Wanita Tidak Perlu Bekerja Setelah Menikah
Mitos ini cenderung kurang realistis. Dewasa ini, sesuai dengan tuntutan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, tampaknya sangat lumrah apabila wanita juga harus memiliki pekerjaan sendiri. Memiliki suami bukan berarti keadaan finansial Anda akan membaik sehingga semua kebutuhan yang sesuai dengan gaya hidup dapat terpenuhi. Pasangan Anda juga mungkin akan terbebani dan sedikit keberatan jika ia dituntut untuk memenuhi semua kebutuhan Anda.
4. Memiliki Keluarga Besar yang Bahagia
Semua orang yang berencana menikah pasti juga ingin memenangkan hati mertua dan keluarga besar si pasangan. Mereka memiliki ekspektasi dan bahkan mereka yakin bahwa keluarga pasangan akan menyayangi dan mencintai mereka layaknya keluarga sendiri. Nyatanya, keadaan yang ada bisa saja jauh dari ekspektasi. Konflik, perbedaan pendapat dan prinsip pasti akan mewarnai setiap keluarga besar. Berikanlah cinta dan perhatian bagi keluarga besar pasangan Anda, tapi jangan terlalu berharap banyak.
5. Anak Akan Memperkuat Ikatan Pernikahan
Banyak yang menganggap bahwa anak dapat memperkuat kualitas pernikahan dan meredakan konflik yang terjadi pada pasangan yang telah menikah. Namun, tidak jarang yang terjadi adalah sebaliknya. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Brian Doss, PdD dari Texas A&M University dan Galena Rhoades, PhD, Scott Stanley, PhD, serta Howard Mark, PhD, dari University of Denver menunjukkan bahwa kepuasaan pernikahan lebih cepat menurun pada pasangan yang telah memiliki anak.
Jadi, sebelum memutuskan untuk cepat memiliki anak dengan alasan agar pernikahan dapat menjadi lebih bahagia, sebaiknya pertimbangkan matang-matang aspek lain. Apakah Anda berdua memang menginginkan adanya anak sekarang juga? Sudah siapkah Anda dan pasangan untuk memiliki anak? (wolipop.com).
1. Pernikahan dapat Membuat Anda Tak Kesepian Lagi
Banyak sekali pasangan yang membenarkan mitos tersebut. Mereka menganggap bahwa dalam pernikahan, semua hal akan dijalani dan ditanggung berdua. Jika sedang dirundung masalah di kantor atau dengan keluarga, mereka menganggap akan ada pasangan yang menemani sehingga mereka tidak akan kesepian. Nyatanya, beberapa wanita saat ini tetap merasa kesepian meskipun mereka telah menikah. Bagi Anda yang kesepian dan merasa bahwa pernikahan merupakan solusinya, Anda perlu berpikir dan mengidentifikasi lebih jauh tentang mitos tersebut. Menikahlah karena Anda memang ingin dan siap.
2. Dapat Melakukan Hubungan Seksual Kapan Saja
Hasrat seksual dan frekuensi Anda untuk melakukan hubungan seks tergantung dari libido masing-masing. Selain itu, gairah seksual bisa saja berkurang seiring bertambahnya waktu. Pasangan yang terus-menerus bertengkar satu sama lain tentu tidak mendapatkan kepuasan seks yang cukup. Jika Anda berpikir bahwa pernikahan dapat selalu memuaskan hasrat seksual, tidak sepenuhnya benar. Ada kalanya pasangan tidak bisa bercinta karena sudah terlalu lelah akibat pekerjaan menumpuk, sibuk mengurus anak atau waktu yang sangat terbatas. Menikah adalah hal yang rumit, bukan sekadar cara untuk melegalkan hubungan seksual.
3. Wanita Tidak Perlu Bekerja Setelah Menikah
Mitos ini cenderung kurang realistis. Dewasa ini, sesuai dengan tuntutan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, tampaknya sangat lumrah apabila wanita juga harus memiliki pekerjaan sendiri. Memiliki suami bukan berarti keadaan finansial Anda akan membaik sehingga semua kebutuhan yang sesuai dengan gaya hidup dapat terpenuhi. Pasangan Anda juga mungkin akan terbebani dan sedikit keberatan jika ia dituntut untuk memenuhi semua kebutuhan Anda.
4. Memiliki Keluarga Besar yang Bahagia
Semua orang yang berencana menikah pasti juga ingin memenangkan hati mertua dan keluarga besar si pasangan. Mereka memiliki ekspektasi dan bahkan mereka yakin bahwa keluarga pasangan akan menyayangi dan mencintai mereka layaknya keluarga sendiri. Nyatanya, keadaan yang ada bisa saja jauh dari ekspektasi. Konflik, perbedaan pendapat dan prinsip pasti akan mewarnai setiap keluarga besar. Berikanlah cinta dan perhatian bagi keluarga besar pasangan Anda, tapi jangan terlalu berharap banyak.
5. Anak Akan Memperkuat Ikatan Pernikahan
Banyak yang menganggap bahwa anak dapat memperkuat kualitas pernikahan dan meredakan konflik yang terjadi pada pasangan yang telah menikah. Namun, tidak jarang yang terjadi adalah sebaliknya. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Brian Doss, PdD dari Texas A&M University dan Galena Rhoades, PhD, Scott Stanley, PhD, serta Howard Mark, PhD, dari University of Denver menunjukkan bahwa kepuasaan pernikahan lebih cepat menurun pada pasangan yang telah memiliki anak.
Jadi, sebelum memutuskan untuk cepat memiliki anak dengan alasan agar pernikahan dapat menjadi lebih bahagia, sebaiknya pertimbangkan matang-matang aspek lain. Apakah Anda berdua memang menginginkan adanya anak sekarang juga? Sudah siapkah Anda dan pasangan untuk memiliki anak? (wolipop.com).
Posting Komentar