PHYLOPOP.com - Semenjak Malaysia mengklaim bahwa batik sebagai milik mereka, kain cantik warisan leluhur yang sangat cantik ini pun popularitasnya langsung naik.
Semua orang tiba-tiba suka batik. Semua orang tiba-tiba memaksa dirinya memakai batik. Tidak ada lagi gengsi dan takut diejek “Pak Lurah” atau “Pak Camat” ketika memakai batik.
Justru yang tidak berbatik cenderung dianggap aneh.
Padahal yang aneh adalah bila kita sibuk memakai batik — dan menghujat negara tetangga yang mengklaim batik — namun tidak mengerti definisi batik.
Sebelum kita lanjutkan, coba jawab pertanyaan singkat ini: Apakah definisi batik?
Ironis sekali. Di balik kecintaan masyarakat Indonesia terhadap kain tradisional ini, faktanya masih banyak sekali yang tidak bisa menjawab dengan tepat definisi dari batik itu sendiri.
Lalu bagaimana kita bisa menjaga dan memperkenalkan batik kepada orang lain sebagai milik kita, kalau definisinya saja tidak tahu?
Batik sebenarnya memiliki berbagai macam arti. Ada yang mengatakan, kata “batik” berasal dari dua suku kata yaitu “amba” dan “titik” yang berarti pekerjaan melukis titik. Ada juga yang mengatakan, “batik” sebenarnya berasal dari kata “tik” yang diberi imbuhan “mba-“. Konon, awalan atau imbuhan ini berfungsi mengubah sebuah kata benda menjadi kata kerja.
Namun secara teori, batik adalah sebuah teknik mengolah tekstil. Secara arti, batik adalah teknik merintang atau menahan warna dengan menggunakan bahan pelapis baik berupa bubur kanji yang dikeringkan, maupun malam atau lilin.
Teknik ini tidak hanya terdapat di Indonesia tapi dapat juga kita jumpai di berbagai belahan bumi. Konon, teknik ini pertama kali dijumpai pada peradaban Mesir kuno. Digunakan untuk menghias kain pembalut mumi.
Teknik serupa juga dapat ditemukan di peradaban Cina kuno, yang kemudian menyebar juga ke Eropa, Afrika, Amerika dan tentunya Asia.
Jadi, masih mau bilang kalau batik itu asli milik kita?
Lalu apa yang membedakan batik Indonesia dengan teknik batik lainnya? Jawabannya, teknik pengerjaan dan motif. Tidak ada bangsa selain kita yang membatik dengan canting — semacam pena kayu dan wadah tembaga dengan mata untuk mengalirkan malam sebagai medium perintang warna.
Motif batik Jawa adalah rangkuman harapan dan doa. Tercipta melalui sebuah proses hening dan merupakan gambaran keadaan hati dan sosial pada masanya. Diciptakan dengan penuh kesadaran, merupakan sebuah hasil karya adiluhung yang sangat presisi.
Terkadang motif dan warna yang tercipta juga merupakan sebuah hasil asimilasi budaya dan juga hasil pengamatan dari apa yang terlihat dan dirasa oleh si seniman batik.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa sedikit membuka wawasan kita mengenai batik. Sebuah karya seni, hasil ungkapan jiwa yang menggambarkan isi hati negeri kita.
Setelah ini, semoga cinta kita kepada batik akan lebih memiliki jiwa. Bukan lagi cinta tanpa esensi. (yahoo.com).
Posting Komentar