Pelayanan di Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) PT Permodalan Nasional Madani di kawasan Cipulir, Jakarta, Senin (29/3). Melalui ULaMM, PT Permodalan Nasional Madani memberikan pelayanan jasa permodalan dan manajemen kepada pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Ditargetkan hingga April 2010 gerai ULaMM mencapai 261 unit, yang tersebar di 1.000 kecamatan.
Modal seringkali menjadi hambatan saat berniat menjalankan ide bisnis. Padahal, modal bisa datang dari mana saja. Kebiasaan pebisnis pemula, yang juga menjadi kesalahannya, adalah berpikir modal harus dari dirinya sendiri dan hanya dikaitkan dengan uang.
Valentino Dinsi, SE, MM, MBA, pendiri MuslimCOACH memaparkan modal tak hanya soal uang dan tak harus berasal dari diri sendiri. Modal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah tekad, skill, aset, jaringan, ide, dan ratusan jenis modal lainnya.
"Jika selalu berpikir modal adalah uang, otak akan langsung block tak bisa berpikir lainnya lagi," katanya dalam seminar bertema "Entrepreneur in You" yang diadakan oleh Department Group of Magazine, Kompas Gramedia, di Jakarta, Rabu (25/8/2010) lalu.
Anda bisa mencari sumber modal dengan ragam cara kreatif, lanjutnya. Jika memiliki skill, Anda bisa menggandeng partner yang memiliki ide bisnis yang sama, dengan keyakinan Anda bisa bermitra dengannya. Atau dengan aset yang ada, mobil misalnya, Anda bisa berbisnis penyewaan mobil. Membuka jaringan yang luas termasuk akses informasi juga bisa membantu Anda mencari sumber modal, termasuk keuangan.
Ragam produk perbankan sebagai sumber modal
Usaha kecil dan menengah semakin menjadi perhatian banyak pihak, termasuk perbankan. Berbagai model pinjaman atau kredit usaha ditawarkan. Setiap bank tentunya memiliki kebijakan, program, dan tipe yang berbeda. Bisnis yang menjadi sasaran bantuan keuangan ini juga beragam. Mulai skala kecil hingga bisnis franchise yang membutuhkan modal hingga ratusan juta rupiah.
Dalam kesempatan yang sama, Bank Danamon dengan lini bisnisnya Danamon Simpan Pinjam (DSP) memaparkan sejumlah produk pinjaman sebagai solusi modal usaha skala mikro dan kecil.
Jika usaha Anda sudah berjalan minimal dua tahun, dan membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan bisnis, program ini bisa menjadi pilihan solusi.
Yudi Puspito, Manager Area DSP, menegaskan bahwa proses administrasi untuk peminjaman modal ini cukup sederhana. Cukup menyertakan fotokopi KTP saja ke cabang DSP terdekat, lalu pihak DSP akan membantu mengarahkan rencana pinjaman melalui diskusi bersama calon investor.
"Banyak hal yang harus dibicarakan, termasuk bunga, kaitannya dengan tingkat kemampuan pebisnis," kata Yudi kepada Kompas Female.
DSP kemudian akan mensurvei bisnis Anda. Setelahnya, jika kredit disetujui, proses persetujuan hanya memakan waktu dua hari untuk kredit di bawah Rp 50 juta, serta tiga hari untuk kredit lebih dari Rp 50 juta.
Terdapat lima produk DSP untuk membantu bisnis Anda. Seperti Dana Pinjam 50 (maksimum pinjaman Rp 50 juta dengan jangka waktu pinjaman 6-60 bulan), Dana Pinjam 200 (pinjaman mulai Rp 50 juta - Rp 500 juta jangka waktu 6-60 bulan), PRK DSP (pinjaman mulai Rp 2,5 juta - Rp 50 juta jangka waktu 6-36 bulan), Solusi Modal dan Solusi Modal Khusus (pinjaman hingga Rp 50 juta jangka waktu 6-36 bulan).
Lain lagi dengan BII. Program kredit waralaba atau BII Franchise Financing menyasar calon investor yang ingin membuka bisnis waralaba sejumlah brand tertentu.
Pembiayaan yang disediakan BII ini berupa pinjaman berjangka dengan limit kredit hingga Rp 2 milyar (maksimum pembiayaan 80 persen). Pinjaman ini menerapkan jangka waktu maksimum empat tahun dengan jaminan berupa tanah dan bangunan. Apapun kebutuhan waralaba Anda, seperti menambah outlet baru, renovasi, atau menjadi franchisee perdana, juga bisa menggunakan fasilitas ini.
Contohnya, Anda meminjam Rp 350 juta untuk menjadi franchisee Es Teler 77. Dengan jangka waktu pinjaman 60 bulan, jika membayar tanpa grace period, Anda dikenakan Rp 7,8 juta per bulannya. Tentunya pilihan jenis usaha dari franchisor akan menentukan keberhasilan bisnis Anda.
"Prospek atau tidaknya bisnis waralaba tergantung kinerja franchisor-nya. Jika franchisor sudah terbukti berkualitas dan berkembang usahanya, maka prospeknya pun baik," kata Tjhiu Fen, Marketing & Business Development Head BII kepada wartawan, usai peluncuran buku “Prinsip Di Sini Senang, Di Sana Senang” yang berisi perjalanan Sukyatno Nugroho meraih sukses lewat Es Teler 77, beberapa waktu lalu.
Dengan menggandeng tiga franchisor, program BII ini tak membatasi kriteria calon franchisee, meskipun terdapat pilihan segmen berdasarkan nilai kreditnya. Bahkan pemula pun terbuka untuk mengajukan proposal usaha franchisee dan estimasi budget-nya.
"Banyak yang tertarik, terutama pebisnis perempuan, yang ingin tetap berpenghasilan dengan waktu lebih fleksibel. Pengelolaan yang juga dikontrol oleh franchisor memudahkan pemula untuk menjalani bisnis ini," katanya.
* kompas.com
Posting Komentar