PHYLOPOP.com - Di sebuah kerajaan bernama Paranggelung, hidup seorang raja yang adil dan bijaksana bernama Ekalaya yang juga gitaris handal tiada tandingannya. Anggraeni, ratu dari kerajaan tersebut, sangatlah cantik. Mereka adalah pasangan yang amat serasi dan dicintai rakyatnya.
Ekalaya yang selalu haus ilmu ingin berguru dengan guru besar Durna, seorang ksatria bergitar yang telah menoreh legenda. Walau sesungguhnya guru besar Durna yang kini berada di Hastinapura, telah bersumpah hanya akan menurunkan ilmunya kepada para Pandawa dan Kurawa. Sedangkan Ekalaya? Bukan keduanya.
Saat pertama kali melihat Ekalaya, Durna langsung tahu bahwa Ekalaya seorang ksatria hebat dan betapa lelaki yang telah menjadi resi ini ingin bisa menurunkan ilmu gitarnya. Tetapi apa daya, Durna telah bersumpah hanya akan mewariskan ilmunya kepada para Pandawa dan Kurawa.
Dengan berat hati, Durna menolak. Ekalayapun meninggalkan Hastinapura dengan kekecewaan mendalam. Ekalaya kemudian memahat sebatang kayu sampai menyerupai wujud guru besar Durna. Iapun kemudian berlatih gitarnya di hadapan patung tersebut. Tiba-tiba patung itu seperti menyala dan suara gitar Ekalaya lebih membara dari biasanya.
Hari berlalu dan Ekalaya semakin lihai sebagai gitaris. Ekalaya begitu lihai berlatih setiap hari hingga suatu ketika, ketika sedang berburu, frekuensi gitarnya membunuh seekor kijang. Sayangnya, kijang tersebut pun menjadi incaran Arjuna, ksatria Pandawa yang tak tertandingi hebatnya.
Merasa murka, Arjuna yang sempat terkesima mendengarkan permainan Ekalaya, menghampirinya dengan emosi. Terutama setelah melihat patung guru besar Durna, guru besar yang telah bersumpah tidak akan menurunkan ilmunya kecuali kepada para Pandawa dan Kurawa. Arjuna semakin marah dan merasa dikhianati.
Arjunapun menantang Ekalaya untuk beradu permainan gitar. Untuk membuktikan kepada Ekalaya, bahwa hanya Arjunalah gitaris paling juara di seluruh antero jagat raya. Juga untuk mematahkan ketakutannya akan Ekalaya yang sesungguhnya, jauh dalam lubuk hatinya, ia akui kehebatannya (kiostix.com).
Ekalaya yang selalu haus ilmu ingin berguru dengan guru besar Durna, seorang ksatria bergitar yang telah menoreh legenda. Walau sesungguhnya guru besar Durna yang kini berada di Hastinapura, telah bersumpah hanya akan menurunkan ilmunya kepada para Pandawa dan Kurawa. Sedangkan Ekalaya? Bukan keduanya.
Saat pertama kali melihat Ekalaya, Durna langsung tahu bahwa Ekalaya seorang ksatria hebat dan betapa lelaki yang telah menjadi resi ini ingin bisa menurunkan ilmu gitarnya. Tetapi apa daya, Durna telah bersumpah hanya akan mewariskan ilmunya kepada para Pandawa dan Kurawa.
Dengan berat hati, Durna menolak. Ekalayapun meninggalkan Hastinapura dengan kekecewaan mendalam. Ekalaya kemudian memahat sebatang kayu sampai menyerupai wujud guru besar Durna. Iapun kemudian berlatih gitarnya di hadapan patung tersebut. Tiba-tiba patung itu seperti menyala dan suara gitar Ekalaya lebih membara dari biasanya.
Hari berlalu dan Ekalaya semakin lihai sebagai gitaris. Ekalaya begitu lihai berlatih setiap hari hingga suatu ketika, ketika sedang berburu, frekuensi gitarnya membunuh seekor kijang. Sayangnya, kijang tersebut pun menjadi incaran Arjuna, ksatria Pandawa yang tak tertandingi hebatnya.
Merasa murka, Arjuna yang sempat terkesima mendengarkan permainan Ekalaya, menghampirinya dengan emosi. Terutama setelah melihat patung guru besar Durna, guru besar yang telah bersumpah tidak akan menurunkan ilmunya kecuali kepada para Pandawa dan Kurawa. Arjuna semakin marah dan merasa dikhianati.
Arjunapun menantang Ekalaya untuk beradu permainan gitar. Untuk membuktikan kepada Ekalaya, bahwa hanya Arjunalah gitaris paling juara di seluruh antero jagat raya. Juga untuk mematahkan ketakutannya akan Ekalaya yang sesungguhnya, jauh dalam lubuk hatinya, ia akui kehebatannya (kiostix.com).
Posting Komentar