PHYLOPOP.com - Nggak pernah kebayang sebelumnya semuanya bakal serumit ini. Malam itu, hari rabu tanggal 7 November. Aku masih sibuk dengan shooting sinetron striping yang aku jalani. Di sini mungkin hampir semuanya tau bahwa aku dan Diego memang menjalin hubungan. Jadi ditengah-tengah kesibukan kami berdua aku dan diego masih selalu menyempatkan diri untuk memberi kabar. Sampai malam itu, Diego bilang bahwa dia akan datang ke acara ulang tahun temannya. Entah bagaimana jadinya malam itu, Diego akhirnya pergi dan membuat aku khawatir. Tidak biasanya dia diperbolehkan keluar tengah malam hanya untuk urusan yang tidak begitu penting.
Sepanjang perjalanan Diego ke tempat yang dia tuju itu, aku terus menanyakan dia udah sampai mana dan kapan akan kembali lagi ke hotel yang biasa ditempati oleh pemain Timnas lainnya. Ada perasaan khawatir yang tidak seperti biasanya. Dan benar saja…
Diego mengabarkan dan mengatakan bahwa dirinya minta maaf. Dia baru aja terlibat perkelahian dengan orang lain. Disitu aku kaget dan langsung menangis. Siapa yang bisa bersikap biasa saja kalau tau orang yang disayanginya terlibat dalam sebuah masalah besar. Walaupun sebenarnya aku masih nggak nyangka kalau Diego yang aku kenal bisa terlibat dengan hal seperi itu. Belum lagi bbm-bbm yang masuk dari temenku yang menanyakan kasus ini dan ngasih tau berita-berita nggak enak tentang Diego selama di Domain. Aku sadar Diego juga sekarang banyak dikenal orang dan punya banyak fans sebagai pemain timnas. Bukan hal yang biasa lagi kalau banyak perempuan yang nyamperin dia dan minta foto bareng dan segala macem. Di mata aku hal seperti itu cukup biasa dan bukan jadi hal yang perlu aku khawatirkan. Aku tau Diego baik dan gak akan kecewain aku.
Tapi malam itu, aku terlanjur capek mendengar kabar dari orang-orang tentang Diego. Aku memilih untuk mendiamkan dia semalaman. aku mendiamkan dan tidak membalas semua pesan yang Diego kirimkan, aku nggak angkat teleponnya. Diego memang baik, sekalipun aku tidak menanggapinya, dia tetep coba untuk menghubungiku dengan segala macam cara agar aku menanggapinya. Kalau saja aku tau akan seberat ini keadaannya, akan saat itu juga mungkin aku memaksakan diri untuk mendampingnya, tidak akan aku biarkan Diego merasa sendirian dan kesepian.
Aku memaksakan untuk tidur, dengan sisa sisa kekhawatiran yang tidak tersampaikan. Aku memaksakan untuk memejamkan mataku dengan satu harapan bahwa ketika aku bangun nanti, semua akan baik-baik saja.
Tapi rupanya keadaan berkata lain…
Paginya aku dengar dan baca di media online, sudah banyak sekali pemberitaan tentang Diego, aku akhirnya memutuskan untuk angkat telepon dari Diego, di situ dia coba untuk menjelaskan bahwa semua yang aku denger tentang Diego itu terlalu dilebih-lebihkan. Diego minta maaf karena udah ngelakuin ini semua, dia minta maaf dan dia mohon sama aku bahwa aku jangan ninggalin dia. Dalam keadaan seperti ini, bukan hal yang tidak mungkin aku meninggalkannya dengan segala macam pemberitaan yang menimpa dirinya. Tapi aku tau itu bukanlah yang seharusnya. Aku harus menjaga semua perasaan yang kita punya, kita akan menghadapinya sama-sama. I know what’s the best for us…
Aku semakin dikagetkan lagi dengan perkataan Diego yang bilang bahwa dia harus dibawa ke Polsek Tanah Abang untuk menjalani pemeriksaan. Air mataku mengalir lagi lebih deras, sungguh aku bingung apa yang harus kulakukan untuk menolong Diego. Aku ngga pernah kebayang bahwa hal seperti ini akan kejadian pada Diego. Aku kasihan, dia di Indonesia naturalisasi sendirian. Dia bela itu semua demi Indonesia, dia berkali-kali cerita bahwa dia ingin sekali mengharumkan nama Indonesia. Itulah satu-satunya alasan kenapa Diego mau naturalisasi dan masuk Timnas. Hal ini pukulan besar bagi Diego. Aku tau gimana perasaan dia sekarang, dia sempat bilang bahwa dia memikirkan perasaan keluargaku kalau tau hal ini, dia pasti sangat malu. Diego nggak berhenti minta maaf atas kejadian ini. Sebanyak Diego minta maaf, sebanyak itu juga aku nangis dan menyesali keadaan yang terjadi seperti ini.
Setelah cukup lama pemeriksaan, Diego tiba-tiba bilang “Nikita I can go out!” suaranya kedengaran seneng banget. Aku jadi ikut seneng dan semakin semangatin dia bahwa semuanya pasti bisa dia lewatin. Diego minta dibawain makanan kesukaannya, 9pcs Chicken Nugget, burger dan yang lainnya yang biasa dia makan. Aku langsung pergi ke McDonald Kemang untuk beliin pesanannya dia, di sana aku tunggu kabar Diego akan sampai di hotelnya sampai jam 3 pagi. Tapi tiba-tiba, Diego mengabarkan lagi bahwa dia harus stay di polsek untuk pemeriksaan lanjutan. Akhirnya aku pulang dengan masih menahan segala perasaan sedih dengan hal ini yang benar-benar diluar dugaan.
Bangun tidur pagi aku lihat di TV, Diego tidur diatas kursi lipat yang dijejerkan menjadi tiga. Bisa dibilang mungkin di situ aku benar-benar ngga tega. Dia terbiasa dengan udara yang bukan seperti ini di Jakarta, kemudian harus ditempatkan di tempat ala kadarnya Cuma supaya dia bisa tidur dan istirahat. Aku menangis lagi melihat itu semua. Aku nggak ngerti harus berbuat apa, yang bisa aku lakuin Cuma semangatin Diego , doain dia dan bilang bahwa di sini dia nggak sendirian. Dia punya aku yang akan selalu dukung dia terus dan nggak akan ninggalin dia. Dia punya Timnas yang akan selalu butuh dia, dia punya fans nya yang ngga berenti kasih semangat bahwa semua ini pasti akan lewat dan kebenaran akan bicara sendiri.
Media online mengabarkan bahwa Diego resmi ditahan. Aku kaget, lututku rasanya lemas dan air mata ngga bisa berhenti ngalir. Aku benar-benar sedih, Diego lelaki yang baik. Aku ngga tega hal seperti ini bisa terjadi sama Diego. Saat-saat ini memang aku hanya bisa mengandalkan media online karena nggak mungkin denger kabar langsung dari diego, semua gadget dan barang yang dia bawa semuanya ditahan sama polisi.
Banyak yang mengira bahwa aku tutup mata dan tutup kuping atas kejadian ini, tapi yang mereka ngga tau adalah aku di sini yang paling support dia. Aku nggak berhenti berdoa supaya semua ini cepet selasai dan Diego bisa kembali ke aktivitas normalnya lagi.
Minggu pagi aku dan mami akhirnya memutuskan untuk jenguk Diego di Polsek Tanah Abang. Sampai di sana sudah banyak banget wartawan yang sepertinya memang sudah menuggu kehadiran aku untuk bahan pemberitaan lain. Aku menguatkan diriku sendiri untuk melihat keadaan Diego sekarang. Aku dibawa ke lantai 2 sama beberapa polisi, dibawa keruangan khusus untuk bertemu Diego. Selang beberapa menit, kamera wartawan yang tadinya menyorot kearahku, mendadak mengalihkan pandangannya ke arah anak tangga.
Ternyata di sana Diego sudah datang. Kantung matanya menghitam, wajahnya tidak secerah biasa dan terlihat kusam. Dengan celana pendek berwarna biru dan kaos oblong warna hitam dan tanpa alas kaki, Diego menghampiri ku di ruangan itu.
Dia lebih dulu memeluk mami ku daripada aku. Cukup lama Diego memeluk mami yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Diego minta maaf, dan di pelukan itu juga mami menguatkan diego dengan bilang bahwa nantinya kebenaran pasti akan terungkap. Diego hanya perlu sabar. Aku menangis lagi melihat Diego, semenjak hari Rabu itu aku memang belum pernah lagi ketemu Diego. Ada rasa kangen dan pastinya kasihan bahwa kejadian seperti ini harus menimpa dirinya. Diego memelukku erat, dia tetap berusaha keliatan tegar dan mengatakan padaku bahwa aku tidak boleh menangis dan harus selalu ceria.
“Nikita, give me your smile…”
Itu yang selalu Diego bilang walaupun dengan nada yang begitu lirih dan dipaksakan untuk menguatkan. Begitu hebatnya dia, dalam kejadian seperti ini Diego masih terus memikirkan diriku, perasaanku dan hal-hal lain dikeseharianku. Diego menceritakan bagaimana keadaan di sana, dia bilang dalam ruangan 2 x 4 meter di sana dia bersama penghuni sel lain yang berisi 5 orang. Diego bilang dia cukup kaget karena orang-orang yang berada satu sel olehnya sering menghiburnya dengan menyanyikan lagu-laguku. Diego juga menceritakan dirinya tidur dilantai, dengan posisi serba salah untuk terlentang atau posisi tidur lainnya. Yang bisa Diego lakukan hanya membayangkan dirinya bahwa dia ada di kamarnya sendiri dan sedang menonton BVN (Holland TV). Hanya itu yang biasa lakukan untuk menerima keadaan yang sebenarnya. Lelaki ini begitu tegar, begitu kuat menghadapi kenyataan pahit yang menimpa dirinya.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaanku mendengar itu semua. Di sini malah aku yang merasa dikuatkan, karena Diego menceritakan semuanya sambil tersnyum dan tidak ada kesedihan sedikitpun. Aku tau Diego menyembunyikannya dalam-dalam supaya kelihatan baik-baik saja.
Satu hal yang Diego sampaikan padaku untuk aku sampaikan lagi pada korban. Bahwa Diego sungguh-sungguh minta maaf. Diego juga minta maaf untuk keluarganya, untuk semua orang yang terlibat. Entah harus bagaimana lagi dia menyampaikan penyesalannya, aku tau Diego bersungguh-sungguh atas perkataannya. Aku bahkan tidak pernah melihat Diego seserius ini sebelumnya. Yang bisa aku dan Diego lakukan hanyalah tidak berhenti berdoa agar semua ini cepat selesai dan keadaaan bisa kembali seperti semula. Aku rindu Diego, aku kangen menghabiskan waktu seperti biasanya dengan dia.
Aku banyak belajar dari kejadian ini juga dari Diego. Betapa dia mengajarkan aku untuk selalu kuat, bahkan dirinya sendiri yang mengalami ini bisa lebih kuat dari aku. Diego masih bisa tersenyum, Diego masih bisa sabar dan percaya bahwa kebenaran pasti akan menemukan jalannya sendiri. Aku harus selalu senyum mendampingi Diego, aku yakin kami berdua akan selalu kuat menghadapi ini semua. Aku benar-benar berharap bahwa surat penangguhan yang dibuat oleh kuasa hukum Diego bisa diterima dan semuanya bisa kembali seperti semula. Diego bisa bermain dengan nyaman di piala AFF demi membawa nama baik dan menjadi kebangaan Indonesia.
Kalau ini tenyata seperti apa yang orang bilang, bahwa banyak cara dilakukan orang lain demi kepentingan “politik” dalam sepakbola, aku mungkin sangat tidak mengerti seluk beluknya. Yang aku tau hanya, Diego lelaki baik dan dia pasti bisa melewati ini semua. Dia punya aku dan semua orang yang menyayanginya. Semuanya pasti bisa lewat, dan kebenaran akan menjawab semuanya. Keikhlasan Diego dan aku yang mungkin akan menjadi satu-satunya hal yang bisa kami andalkan.
Aku tau Diego kuat, aku tau aku pun harus kuat melewati ini semua.
“Dear Diego,
A couple things i can’t spell without “U”..
I miss you.. i miss your smile.. I miss your laugh.. I miss the time we shared together..
Ik hou van jou,schat.”
(http://nikiwilly.wordpress.com)