Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 09.00
PHYLOPOP.comBagi warga Bima, Nusa Tenggara Barat, musim panen adalah saat yang membahagiakan. Oleh mereka perayaan musim panen ini dilakukan dengan sebuah tradisi unik yang disebut entubu. Entubu adalah tradisi adu kepala manusia.


Gerakan pemanasan sebelum adu kepala


Satu penari dengan posisi bertahan dan yang lainnya dengan posisi penyerang




Tradisi entubu atau adu kepala ini merupakan tradisi kas peninggalan nenek moyang warga Bima di Pulau Sumbawa. Tradisi ini hanya ada di daerah dataran tinggi Kecamatan Wawo dan hanya bisa dilakoni oleh orang-orang tertentu yang sebelumnya sudah dibekali kesaktian atau dari keturunan prajurit Kesultanan Bima.

Tidak mengherankan memang jika para pelakunya tergolong orang kuat dan nekad. Tanpa rasa sakit mereka mengadu kepala satu dengan lainnya. Dalam ritual entubu ini para pengadu yang jumlahnya empat sampai enam orang diiringi oleh musik kas warga Bima dan seorang penyanyi hikayat perempuan yang dengan suara kasnya membacakan mantra-mantra.

Sebelum melakukan ritual entubu, para pengadu yang dipimpin oleh seorang dalang atau pemuka terlebih dulu dibekali kesaktian oleh sang dalang. Layaknya orang kesurupan mereka yang sudah dibekali ilmu ini langsung menari-nari menantang lawannya untuk beradu kepala.

Kasim salah seorang pemandu atau dalang mengungkapkan, untuk melakukan upacara entubu ini ia terlebih dulu harus berpuasa sampai tiga hari untuk mengetahui waktu dan mendapatkan kesaktian bagi para pengadunya.

Tradisi entubu yang unik ini memang sudah mulai langka dan jarang didapatka lagi di kota Bima. Namun belakangan ini oleh Pemda setempat tradisi ini mulai dikembangkan dan dilestarikan dengan membangun beberapa sanggar kesenian sejenis (gliderz, Forum Viva).


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.