PHYLOPOP.com - Perkenalan Ubai dengan Jeng Reni –panggilan akrab GRAj Nurastuti Wijareni– terjadi pada Januari 2007. Saat itu, dia diajak temannya menemui anak tertua Sultan, Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurmalita Sari, di salah satu mal di Jakarta. Saat itu, Nurmalita membawa serta adik-adiknya. Yakni GRAj Nurkamnari Dewi, GRAj Nurabra Juwita, dan GRAj Nurastuti Wijareni. ’’Pertemuan pertama itu, saya langsung tertarik sama Reni karena orangnya diam sambil makan,’’ tuturnya.
Malamnya, Ubai mencoba meminta nomor ponsel Reni dari kakaknya, tetapi tidak diberi. Beruntung, beberapa hari kemudian, ada pertemuan kedua yang kembali mempertemukan dirinya dengan Reni. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Ubai langsung meminta nomor telepon Reni. ’’Setelah itu, ya kami intens SMS-an, telepon-teleponan,’’ ceritanya.
Ubai sempat cemas. Sebab, Reni hanya memiliki waktu beberapa bulan di Jakarta karena harus kembali melanjutkan kuliah di Swiss. Saat itu, finalis Miss Indonesia 2009 tersebut sedang memanfaatkan waktu libur untuk penelitian skripsi tentang transportasi massal, busway, di Jakarta.
Tak mau berlama-lama, saat menonton Java Jazz pada Maret, Ubai mengungkapkan isi hatinya. ’’Tetapi, saya bilang lagi cari istri. Kalau mau, ayo,’’ ungkap Ubai kepada Reni.
Namun, Reni tidak langsung menerima permintaan menikah dari orang yang baru beberapa bulan dikenalnya itu. Seperti halnya orang Jawa, dia tidak mau mengatakan secara tegas sikapnya. Reni hanya menjawab secara diplomatis. ’’Katanya, jalani saja dulu. Tetapi, menurut saya, itu pun sudah cukup menjawab bahwa dia bersedia menikah sama saya,’’ tegasnya.
Alhamdulillah, kata Ubai, hari demi hari, hubungan mereka semakin serius. Meski Reni telah kembali ke Swiss, hubungan mereka tetap terjaga. Ubai memanfaatkan teknologi internet untuk tetap bisa berkomunikasi dengan kekasihnya tersebut. ’’Kan ada YM (Yahoo Messenger) dan Skype, meski saya harus tidur larut malam menunggu online,’’ tuturnya.
Saat itu, Ubai masih menjadi staf pribadi Seswapres Tursandi. Kesibukannya sering membuat dirinya pulang pukul 20.00 hingga 22.00. Meski capek, Ubai tidak lantas tidur. Dia memilih menghubungi kekasihnya yang sedang pulang kuliah. ’’Iya. Sebab, kalau di sini pukul 11 malam, di sana (Swiss, Red) pukul 6 sore, pas Reni pulang kuliah. Tetapi, saya ya harus tahan ngantuk dulu,’’ paparnya.
Setelah menjalani hubungan sekitar empat tahun, Ubai lantas melangkah ke jenjang yang makin serius, yaitu melamar Reni. Dia meminta Seswapres Tursandi menjadi wakil keluarga untuk menemui ayah Reni, Sultan HB X. Seperti lelaki pada umumnya, dia sempat grogi menemui Sultan. ’’Tetapi, tekad saya sudah bulat. Saya cinta sama Reni,’’ ujarnya.
Ubai memandang, kedudukan Sultan sebagai raja hanya nilai plus Reni. Tanpa dia sebagai anak raja pun, Ubai menegaskan akan tetap menikahi Reni. Sebab, dirinya mengaku sudah cocok dari segala hal dengan anak bungsu Sultan itu.
’’Saya merasa sudah siap menemui Sultan. Untungnya, orangnya baik. Ibu Kanjeng Ratu Hemas juga baik,’’ katanya memuji calon mertuanya.
Sumber
Malamnya, Ubai mencoba meminta nomor ponsel Reni dari kakaknya, tetapi tidak diberi. Beruntung, beberapa hari kemudian, ada pertemuan kedua yang kembali mempertemukan dirinya dengan Reni. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Ubai langsung meminta nomor telepon Reni. ’’Setelah itu, ya kami intens SMS-an, telepon-teleponan,’’ ceritanya.
Ubai sempat cemas. Sebab, Reni hanya memiliki waktu beberapa bulan di Jakarta karena harus kembali melanjutkan kuliah di Swiss. Saat itu, finalis Miss Indonesia 2009 tersebut sedang memanfaatkan waktu libur untuk penelitian skripsi tentang transportasi massal, busway, di Jakarta.
Tak mau berlama-lama, saat menonton Java Jazz pada Maret, Ubai mengungkapkan isi hatinya. ’’Tetapi, saya bilang lagi cari istri. Kalau mau, ayo,’’ ungkap Ubai kepada Reni.
Namun, Reni tidak langsung menerima permintaan menikah dari orang yang baru beberapa bulan dikenalnya itu. Seperti halnya orang Jawa, dia tidak mau mengatakan secara tegas sikapnya. Reni hanya menjawab secara diplomatis. ’’Katanya, jalani saja dulu. Tetapi, menurut saya, itu pun sudah cukup menjawab bahwa dia bersedia menikah sama saya,’’ tegasnya.
Alhamdulillah, kata Ubai, hari demi hari, hubungan mereka semakin serius. Meski Reni telah kembali ke Swiss, hubungan mereka tetap terjaga. Ubai memanfaatkan teknologi internet untuk tetap bisa berkomunikasi dengan kekasihnya tersebut. ’’Kan ada YM (Yahoo Messenger) dan Skype, meski saya harus tidur larut malam menunggu online,’’ tuturnya.
Saat itu, Ubai masih menjadi staf pribadi Seswapres Tursandi. Kesibukannya sering membuat dirinya pulang pukul 20.00 hingga 22.00. Meski capek, Ubai tidak lantas tidur. Dia memilih menghubungi kekasihnya yang sedang pulang kuliah. ’’Iya. Sebab, kalau di sini pukul 11 malam, di sana (Swiss, Red) pukul 6 sore, pas Reni pulang kuliah. Tetapi, saya ya harus tahan ngantuk dulu,’’ paparnya.
Setelah menjalani hubungan sekitar empat tahun, Ubai lantas melangkah ke jenjang yang makin serius, yaitu melamar Reni. Dia meminta Seswapres Tursandi menjadi wakil keluarga untuk menemui ayah Reni, Sultan HB X. Seperti lelaki pada umumnya, dia sempat grogi menemui Sultan. ’’Tetapi, tekad saya sudah bulat. Saya cinta sama Reni,’’ ujarnya.
Ubai memandang, kedudukan Sultan sebagai raja hanya nilai plus Reni. Tanpa dia sebagai anak raja pun, Ubai menegaskan akan tetap menikahi Reni. Sebab, dirinya mengaku sudah cocok dari segala hal dengan anak bungsu Sultan itu.
’’Saya merasa sudah siap menemui Sultan. Untungnya, orangnya baik. Ibu Kanjeng Ratu Hemas juga baik,’’ katanya memuji calon mertuanya.
Sumber
Posting Komentar