Gunung bawah laut Kawio Barat, Sulawesi Utara, yang baru ditemukan dari hasil pemetaan NOAA dan peneliti Indonesia kini bisa dilihat di fitur Ocean, Google Earth.
---
Kemampuan Google Earth mencitrakan daratan bisa diacungi jempol. Dengan Google Earth, pengguna bisa menggali informasi, mulai dari penampakan muka bumi, seperti gunung berapi dan sungai serta garis perbatasan antarnegara, termasuk yang masih dalam sengketa hingga jumlah korban perang yang tewas di wilayah tertentu.
Kini, Google tengah fokus mengembangkan basis data kelautan yang termuat dalam fitur Ocean di Google Earth. Michael T Jones, Chief Technology Advocate Google, dalam wawancara di @america, Jakarta, Senin (23/5/2011), mengatakan, "Masih banyak informasi yang bisa kita gali dari sana. Misalnya, permukaan bawah laut, banyak yang belum diketahui."
Fitur Ocean akan banyak membantu kalangan ilmuwan ataupun pemerintahan. "Misalnya kita bisa menggambarkan kapal-kapal yang melalui suatu wilayah," kata Jones. Fungsinya, dalam konteks Indonesia, Jones menjelaskan, "Kita bisa tahu apakah ada kapal yang masuk mencuri ikan kita."
Dengan gambaran lalu lintas perkapalan, maka dunia juga bisa melihat di mana kapal perompak beroperasi. "Kita bisa lihat daerah sekitar Somalia, wilayah yang banyak bajak lautnya, bagaimana kapal-kapal di sana," kata Jones. Tiap pemerintahan bisa melakukan pengawasan pada daerah tersebut.
Dengan fitur Ocean, informasi bawah laut juga bisa terlihat. "Kita bisa melihat topografi permukaan laut, ada gunung-gunung atau lembah. Kita bahkan bisa tahu apa yang tertinggal di sana," kata Jones. Data tertentu bisa tampil dalam warna berbeda, menunjukkan kedalaman wilayah yang dicitrakan.
Gunung bawah laut
Untuk informasi bawah laut, salah satu yang tersaji di Google Earth saat ini adalah gunung berapi bawah laut di wilayah Sangihe-Talaud, Indonesia. Gunung berapi bernama Kawio Barat itu ditemukan dalam penelitian kelautan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA). Gunung memiliki tinggi 3.400 meter, hampir menyamai ketinggian Gunung Semeru di Jawa Timur.
Ke depan, pengembangan fitur Ocean terfokus pada Mid Ocean Observation dan Sub Sea Observation. Untuk melengkapi basis data, Jones mengatakan bahwa kerja sama tiap negara diperlukan. "Kita hanya memberikan informasi. Kita menawarkan kepada tiap negara, maukah memuat informasi itu, bukan memaksa karena kita juga tidak berhak," kata Jones.
Untuk Indonesia, hasil ekspedisi kelautan BPPT dan NOAA akan secara langsung dipublikasikan di Google Earth. Wahyu Pandu, salah satu staf BPPT yang juga hadir dalam diskusi di @america mengatakan, "Ke depan kita juga akan melakukan penelitian kelautan di Halmahera." Hasil penelitian dipublikasikan di Google Earth sebagai bagian dari kerja sama BPPT dan NOAA.
Google selama ini juga telah menyajikan informasi detail tentang keantariksaan, misalnya permukaan Bulan yang dijejaki astronot Apollo, dan permukaan Mars. Salah satu penonton yang hadir di @america menantang Google untuk menyajikan informasi yang tak bersifat fisik, seperti berapa orang yang bahagia di Bumi.
Menutup pembicaraan, Jones mengatakan, "Yang paling penting sebenarnya bukan datanya, melainkan bahwa data dan informasi bisa mengubah cara berpikir Anda, apa yang bisa Anda pelajari dari informasi itu." Menurutnya, sangat penting untuk menggunakan informasi yang ada di Google Earth dengan benar. (kompas.com).
Fitur Ocean akan banyak membantu kalangan ilmuwan ataupun pemerintahan. "Misalnya kita bisa menggambarkan kapal-kapal yang melalui suatu wilayah," kata Jones. Fungsinya, dalam konteks Indonesia, Jones menjelaskan, "Kita bisa tahu apakah ada kapal yang masuk mencuri ikan kita."
Dengan gambaran lalu lintas perkapalan, maka dunia juga bisa melihat di mana kapal perompak beroperasi. "Kita bisa lihat daerah sekitar Somalia, wilayah yang banyak bajak lautnya, bagaimana kapal-kapal di sana," kata Jones. Tiap pemerintahan bisa melakukan pengawasan pada daerah tersebut.
Dengan fitur Ocean, informasi bawah laut juga bisa terlihat. "Kita bisa melihat topografi permukaan laut, ada gunung-gunung atau lembah. Kita bahkan bisa tahu apa yang tertinggal di sana," kata Jones. Data tertentu bisa tampil dalam warna berbeda, menunjukkan kedalaman wilayah yang dicitrakan.
Gunung bawah laut
Untuk informasi bawah laut, salah satu yang tersaji di Google Earth saat ini adalah gunung berapi bawah laut di wilayah Sangihe-Talaud, Indonesia. Gunung berapi bernama Kawio Barat itu ditemukan dalam penelitian kelautan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA). Gunung memiliki tinggi 3.400 meter, hampir menyamai ketinggian Gunung Semeru di Jawa Timur.
Ke depan, pengembangan fitur Ocean terfokus pada Mid Ocean Observation dan Sub Sea Observation. Untuk melengkapi basis data, Jones mengatakan bahwa kerja sama tiap negara diperlukan. "Kita hanya memberikan informasi. Kita menawarkan kepada tiap negara, maukah memuat informasi itu, bukan memaksa karena kita juga tidak berhak," kata Jones.
Untuk Indonesia, hasil ekspedisi kelautan BPPT dan NOAA akan secara langsung dipublikasikan di Google Earth. Wahyu Pandu, salah satu staf BPPT yang juga hadir dalam diskusi di @america mengatakan, "Ke depan kita juga akan melakukan penelitian kelautan di Halmahera." Hasil penelitian dipublikasikan di Google Earth sebagai bagian dari kerja sama BPPT dan NOAA.
Google selama ini juga telah menyajikan informasi detail tentang keantariksaan, misalnya permukaan Bulan yang dijejaki astronot Apollo, dan permukaan Mars. Salah satu penonton yang hadir di @america menantang Google untuk menyajikan informasi yang tak bersifat fisik, seperti berapa orang yang bahagia di Bumi.
Menutup pembicaraan, Jones mengatakan, "Yang paling penting sebenarnya bukan datanya, melainkan bahwa data dan informasi bisa mengubah cara berpikir Anda, apa yang bisa Anda pelajari dari informasi itu." Menurutnya, sangat penting untuk menggunakan informasi yang ada di Google Earth dengan benar. (kompas.com).
Posting Komentar