Dalam 50 tahun keberadaannya, sederetan tahanan politik berhasil dibebaskan berkat kampanye-kampanye yang digulirkan Amnesty International. Seksi Jerman organisasi HAM ini juga memiliki andil.
September 1973. Presiden Chile Salvador Allende yang terpilih secara demokratis meninggal mendadak. Penyebabnya tak diketahui persis. Kabar burung menyebutkan ia bunuh diri. Yang pasti, di Chile berlangsung kudeta militer. Augusto Pinochet mengambil alih kekuasaan, dan mempertahankannya sampai akhir perang dingin. Dalam ingatannya, Ruben Ruiz masih bisa melihat jelas, apa yang ia alami pada bulan September 1973 di Chile. Enam orang tentara bersenapan mesin memanggilnya keluar dari kelas di mana ia tengah mengajar dan menangkapnya. "Saya lalu digiring ke halaman sekolah dan disuruh berdiri di depan tembok. Mereka agaknya siap menembak saya saat itu juga. Tapi kadang-kadang, manusia bisa beruntung dan pada hari itu, saya betul-betul beruntung. Lonceng berdentang, menandakan akhir jam sekolah. Ratusan anak-anak berlarian masuk ke halaman. Melihat itu, gerombolan tentara tadi tampaknya kehilangan nyali untuk membunuh di depan begitu banyak saksi mata. Dan saya kemudian dijebloskan ke penjara.“ Setahun kemudian, Ruben Ruiz datang ke Jerman sebagai salah seorang pengungsi politik.
Ruiz dan banyak tahanan lain terpaksa mendekam di penjara, meskipun tidak melakukan pelanggaran apa-apa. Ia dan tahanan-tahanan lainnya berulangkali dianiaya. Hingga kini Ruiz kesulitan menceritakan rasa sakit dan penghinaan yang dialaminya. Namun ia dengan senang hati menggambarkan proses perjalanannya ke Jerman.
Di Chile, sipir penjara kadangkala memberikan tahanan kesempatan untuk pulang ke rumah selama beberapa hari. Tujuannya agar bisa menguntit dan mencari tahu, siapa saja yang dihubungi oleh para tahanan itu. Dari seorang tahanan lain, Ruiz mendapatkan sebuah alamat. Menurut rekannya, di sana ia bisa menemui seseorang yang akan membantunya. "Saya pergi menemui orang yang ternyata uskup itu. Namanya Helmut Frenz. Dan ia membantu saya. Ia juga bercerita mengenai sebuah organisasi yang tidak saya kenal. Dia anggota di situ. Organisasi itu bernama Amnesty International. Seumur hidup saya yang baru 23 tahun, itulah pertama kalinya saya mendengar tentang organisasi ini. Dan Helmut Frenz mengatakan sesuatu yang amat penting kepada saya. Dia bilang, saya harus keluar dari negara ini. Karena setiap kali saya mengunjungi seseorang, maka saya membahayakan orang itu. Katanya, kamu membahayakan semua orang yang menemui dirimu.” Uskup Frenz membawa Ruiz ke sebuah rumah, tempat pelarian banyak orang lain juga. Tahun 1974, rejim Pinochet akhirnya mengizinkan ia meningalkan Chile, dengan syarat ia tidak kembali. Ruiz meninggalkan Chile, tanpa membawa secarikpun surat keterangan.
“Begitulah asal muasal keberangkatan saya ke Jerman. Saya sama sekali tidak punya apa-apa. Di sini saya menemukan sekelompok besar orang yang bersedia membantu. Mereka menyebut dirinya Komitee Chile. Di situ saya berkenalan dengan Erich Dell, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Amnesty International. Kemudian saya bertanya padanya, apakah saya juga bisa bekerja dalam kelompok ini. Sejak itu, saya turut aktif dan kini menjadi juru bicara organisasi.“
Di hampir setiap negara bagian Jerman, terdapat kelompok-kelompok Amnesty International. Kelompok yang berada di Düsseldorf-Ratingen berhasil membantu membebaskan lebih dari 200 orang. Upaya pembebasan ini harus dan akan terus berlanjut, karena kondisi tahanan politik sampai kini tidak banyak berubah. Tempatnya mungkin berbeda, tapi masalah yang dihadapi sama. Gerd Ruge seorang jurnalis televisi kenamaan di Jerman adalah salah seorang pendiri Amnesty International seksi Jerman. Ia mengingatkan, bahwa sejak awal Amnesty membela tahanan politik manapun, baik yang berada di Timur, di Barat maupun yang berada di negara berkembang. Tegas Ruge, “Amnesty tidak boleh menjadi organisasi yang sepihak yang hanya membela satu kelompok politik, yang memiliki pandangan tertentu. Melainkan organisasi yang memperjuangkan kebebasan berpendapat, kebebasan bersuara, serta kebebasan untuk aktif berpolitik, tanpa ancaman dipenjara."
Kebebasan, yang dalam konflik panjang yang membelah dunia menjadi blok Timur dan blok Barat, dan juga di beberapa bagian Jerman dulu, tidak terjamin. Pada tahun 1964 di Jerman Timur, Wolfgang Welsch diawasi oleh dinas intelijen, karena kerap membaca puisi-puisi yang mengritik pemerintah di tempat umum. Welsch yang ketika itu baru berusia 20 tahun akhirnya dipenjara.
"Saya ditangkap tahun 1964, karena berusaha melarikan diri. Saya ingin keluar dari Jerman Timur dan telah melakukan sejumlah aksi perlawanan kecil-kecilan. Saya betul-betul tidak mau menetap. Tapi usaha kabur gagal. Boleh dikatakan, kondisi kesehatan saya sangat buruk, rasanya tinggal ambruk saja. Tubuh saya sudah kurus sekali, juga karena ransum penjara sulit digambarkan sebagai makanan.” Pada helai kertas lintingan rokok yang diselundupkan ke luar penjara, Welsch menulis tentang keadaan dalam penjara itu. Ia mengakhiri deskripsinya dengan permohonan: “Selamatkan saya”. Surat kecil itulah yang membuat Amnesty International menyoroti kondisi Welsch di penjara. Selama berbulan-bulan, kelompok Amnesty International di kota Leeds, Inggris mengirim surat-surat permohonan ke pemerintahan Jerman Timur, agar ia dibebaskan. Awalnya, tanpa hasil apapun. Namun suatu hari, ibunya berkunjung ke penjara di Brandenburg dan menyampaikan salam dari paman yang berada di London. Harapan pun berkembang. Wolfgang Welsch hingga saat ini masih ingat secara rinci.
"Saya tidak punya paman di London. Seperti kita ketahui, kota itu kan berada di Barat. Karenanya bagi saya yang berada di sebuah penjara blok Timur, tentu saja menerima salam itu merupakan alasan untuk berbahagia. Mencuat rasa “Aha”. Siapapun itu, apapun yang dimaksud dengan menyebut kata London itu, tampaknya ada yang akan membantu saya. Waktu itu saya terus sadar, “bahwa saya tidak kalah dan tidak terlantarkan begitu saja”. Ada orang, yang memikirkan nasib saya dan berusaha menolong. Sulit menggambarkannya, yang pasti saya dilanda kegembiraan tiada tara. Rasa tertekan tiba-tiba hilang."
Meski begitu, bulan berganti bulan dan waktupun berlalu dengan lamban. Prosesnya tidak singkat. Amnesty menghubungi seorang pengacara Jerman Barat, yang membantu dalam menekan pemerintahan Jerman Timur. Akhirnya tahun 1971, setelah tujuh tahun dipenjara, Wolfgang Welsch dibebaskan. Ia ditebus oleh pemerintah Jerman di bawah Kanselir Willy Brandt. Bagi Wolfgang Welsch, kampanye yang menyebar luaskan nasibnya kepada publik merupakan dukungan terpenting yang dilakukan oleh Amnesty Internasional. "Bahwa sistim dan rejim yang memenjarakan itu tahu bahwa Anda tidak sendirian. Bahwa ada kelompok besar yang mendukung Anda. Itulah yang menyelamatkan. Ini juga berarti, bahwa kebebasan akan datang dalam waktu relatif dekat. Meskipun tidak segera, bagi seorang tahanan, dukungan dan harapan itu sangat berarti. Ia akan tahu bahwa ia tidak sendirian. Karena itu saya mengatakan, kehidupan baru ini adalah berkat upaya Amnesty International.” Tahun 2010 lalu saja, Amnesty International menyelenggarakan 167 aksi baru untuk mendukung para tahanan politik di berbagai penjuru dunia. Di seluruh dunia ada sekitar 3 juta anggota Amnesty International, ditambah para pendukung yang mengupayakan agar orang-orang dibebaskan dari penyiksaan dan penjara.
Mandat Amnesty International menetapkan kewajiban untuk membantu korban pelanggaran HAM, seperti menghadapi pengusiran dari tanah atau rumah sendiri, dikejar-kejar milisi dan umum menghadapi proses hukum yang tidak adil. (http://www.kabarindonesia.com).
September 1973. Presiden Chile Salvador Allende yang terpilih secara demokratis meninggal mendadak. Penyebabnya tak diketahui persis. Kabar burung menyebutkan ia bunuh diri. Yang pasti, di Chile berlangsung kudeta militer. Augusto Pinochet mengambil alih kekuasaan, dan mempertahankannya sampai akhir perang dingin. Dalam ingatannya, Ruben Ruiz masih bisa melihat jelas, apa yang ia alami pada bulan September 1973 di Chile. Enam orang tentara bersenapan mesin memanggilnya keluar dari kelas di mana ia tengah mengajar dan menangkapnya. "Saya lalu digiring ke halaman sekolah dan disuruh berdiri di depan tembok. Mereka agaknya siap menembak saya saat itu juga. Tapi kadang-kadang, manusia bisa beruntung dan pada hari itu, saya betul-betul beruntung. Lonceng berdentang, menandakan akhir jam sekolah. Ratusan anak-anak berlarian masuk ke halaman. Melihat itu, gerombolan tentara tadi tampaknya kehilangan nyali untuk membunuh di depan begitu banyak saksi mata. Dan saya kemudian dijebloskan ke penjara.“ Setahun kemudian, Ruben Ruiz datang ke Jerman sebagai salah seorang pengungsi politik.
Ruiz dan banyak tahanan lain terpaksa mendekam di penjara, meskipun tidak melakukan pelanggaran apa-apa. Ia dan tahanan-tahanan lainnya berulangkali dianiaya. Hingga kini Ruiz kesulitan menceritakan rasa sakit dan penghinaan yang dialaminya. Namun ia dengan senang hati menggambarkan proses perjalanannya ke Jerman.
Di Chile, sipir penjara kadangkala memberikan tahanan kesempatan untuk pulang ke rumah selama beberapa hari. Tujuannya agar bisa menguntit dan mencari tahu, siapa saja yang dihubungi oleh para tahanan itu. Dari seorang tahanan lain, Ruiz mendapatkan sebuah alamat. Menurut rekannya, di sana ia bisa menemui seseorang yang akan membantunya. "Saya pergi menemui orang yang ternyata uskup itu. Namanya Helmut Frenz. Dan ia membantu saya. Ia juga bercerita mengenai sebuah organisasi yang tidak saya kenal. Dia anggota di situ. Organisasi itu bernama Amnesty International. Seumur hidup saya yang baru 23 tahun, itulah pertama kalinya saya mendengar tentang organisasi ini. Dan Helmut Frenz mengatakan sesuatu yang amat penting kepada saya. Dia bilang, saya harus keluar dari negara ini. Karena setiap kali saya mengunjungi seseorang, maka saya membahayakan orang itu. Katanya, kamu membahayakan semua orang yang menemui dirimu.” Uskup Frenz membawa Ruiz ke sebuah rumah, tempat pelarian banyak orang lain juga. Tahun 1974, rejim Pinochet akhirnya mengizinkan ia meningalkan Chile, dengan syarat ia tidak kembali. Ruiz meninggalkan Chile, tanpa membawa secarikpun surat keterangan.
“Begitulah asal muasal keberangkatan saya ke Jerman. Saya sama sekali tidak punya apa-apa. Di sini saya menemukan sekelompok besar orang yang bersedia membantu. Mereka menyebut dirinya Komitee Chile. Di situ saya berkenalan dengan Erich Dell, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Amnesty International. Kemudian saya bertanya padanya, apakah saya juga bisa bekerja dalam kelompok ini. Sejak itu, saya turut aktif dan kini menjadi juru bicara organisasi.“
Di hampir setiap negara bagian Jerman, terdapat kelompok-kelompok Amnesty International. Kelompok yang berada di Düsseldorf-Ratingen berhasil membantu membebaskan lebih dari 200 orang. Upaya pembebasan ini harus dan akan terus berlanjut, karena kondisi tahanan politik sampai kini tidak banyak berubah. Tempatnya mungkin berbeda, tapi masalah yang dihadapi sama. Gerd Ruge seorang jurnalis televisi kenamaan di Jerman adalah salah seorang pendiri Amnesty International seksi Jerman. Ia mengingatkan, bahwa sejak awal Amnesty membela tahanan politik manapun, baik yang berada di Timur, di Barat maupun yang berada di negara berkembang. Tegas Ruge, “Amnesty tidak boleh menjadi organisasi yang sepihak yang hanya membela satu kelompok politik, yang memiliki pandangan tertentu. Melainkan organisasi yang memperjuangkan kebebasan berpendapat, kebebasan bersuara, serta kebebasan untuk aktif berpolitik, tanpa ancaman dipenjara."
Kebebasan, yang dalam konflik panjang yang membelah dunia menjadi blok Timur dan blok Barat, dan juga di beberapa bagian Jerman dulu, tidak terjamin. Pada tahun 1964 di Jerman Timur, Wolfgang Welsch diawasi oleh dinas intelijen, karena kerap membaca puisi-puisi yang mengritik pemerintah di tempat umum. Welsch yang ketika itu baru berusia 20 tahun akhirnya dipenjara.
"Saya ditangkap tahun 1964, karena berusaha melarikan diri. Saya ingin keluar dari Jerman Timur dan telah melakukan sejumlah aksi perlawanan kecil-kecilan. Saya betul-betul tidak mau menetap. Tapi usaha kabur gagal. Boleh dikatakan, kondisi kesehatan saya sangat buruk, rasanya tinggal ambruk saja. Tubuh saya sudah kurus sekali, juga karena ransum penjara sulit digambarkan sebagai makanan.” Pada helai kertas lintingan rokok yang diselundupkan ke luar penjara, Welsch menulis tentang keadaan dalam penjara itu. Ia mengakhiri deskripsinya dengan permohonan: “Selamatkan saya”. Surat kecil itulah yang membuat Amnesty International menyoroti kondisi Welsch di penjara. Selama berbulan-bulan, kelompok Amnesty International di kota Leeds, Inggris mengirim surat-surat permohonan ke pemerintahan Jerman Timur, agar ia dibebaskan. Awalnya, tanpa hasil apapun. Namun suatu hari, ibunya berkunjung ke penjara di Brandenburg dan menyampaikan salam dari paman yang berada di London. Harapan pun berkembang. Wolfgang Welsch hingga saat ini masih ingat secara rinci.
"Saya tidak punya paman di London. Seperti kita ketahui, kota itu kan berada di Barat. Karenanya bagi saya yang berada di sebuah penjara blok Timur, tentu saja menerima salam itu merupakan alasan untuk berbahagia. Mencuat rasa “Aha”. Siapapun itu, apapun yang dimaksud dengan menyebut kata London itu, tampaknya ada yang akan membantu saya. Waktu itu saya terus sadar, “bahwa saya tidak kalah dan tidak terlantarkan begitu saja”. Ada orang, yang memikirkan nasib saya dan berusaha menolong. Sulit menggambarkannya, yang pasti saya dilanda kegembiraan tiada tara. Rasa tertekan tiba-tiba hilang."
Meski begitu, bulan berganti bulan dan waktupun berlalu dengan lamban. Prosesnya tidak singkat. Amnesty menghubungi seorang pengacara Jerman Barat, yang membantu dalam menekan pemerintahan Jerman Timur. Akhirnya tahun 1971, setelah tujuh tahun dipenjara, Wolfgang Welsch dibebaskan. Ia ditebus oleh pemerintah Jerman di bawah Kanselir Willy Brandt. Bagi Wolfgang Welsch, kampanye yang menyebar luaskan nasibnya kepada publik merupakan dukungan terpenting yang dilakukan oleh Amnesty Internasional. "Bahwa sistim dan rejim yang memenjarakan itu tahu bahwa Anda tidak sendirian. Bahwa ada kelompok besar yang mendukung Anda. Itulah yang menyelamatkan. Ini juga berarti, bahwa kebebasan akan datang dalam waktu relatif dekat. Meskipun tidak segera, bagi seorang tahanan, dukungan dan harapan itu sangat berarti. Ia akan tahu bahwa ia tidak sendirian. Karena itu saya mengatakan, kehidupan baru ini adalah berkat upaya Amnesty International.” Tahun 2010 lalu saja, Amnesty International menyelenggarakan 167 aksi baru untuk mendukung para tahanan politik di berbagai penjuru dunia. Di seluruh dunia ada sekitar 3 juta anggota Amnesty International, ditambah para pendukung yang mengupayakan agar orang-orang dibebaskan dari penyiksaan dan penjara.
Mandat Amnesty International menetapkan kewajiban untuk membantu korban pelanggaran HAM, seperti menghadapi pengusiran dari tanah atau rumah sendiri, dikejar-kejar milisi dan umum menghadapi proses hukum yang tidak adil. (http://www.kabarindonesia.com).
Posting Komentar