PHYLOPOP.com - Di sebuah sekolah dasar, seorang ibu guru mengawali pelajarannya dengan berusaha berdialog dengan para murid kesayangannya.
"Anak-anak ... siapa yg mau masuk surga?", tanya Bu Guru.
"Saya buuuuu". Murid-murid teriak, kecuali si Tian. Dia diam saja
"Yang mau masuk surga berdiri!" lanjut Bu Guru.
Semua murid berdiri, lagi-lagi Tian cuma diam.
"Tian, kamu tidak mau masuk surga?" tanya Bu Guru.
"Mau dong Bu " jawabnya.
"Lalu kenapa tidak berdiri?"
"Lha ... emangnya mau berangkat sekarang......????"
😀😀😀😀
Ane pernah juga ngomong sama sopir trailer.
Jadi kata dia: “daripada menyebabkan kecelakaan yg bisa timbul banyak korban, lebih baik satu nyawa melayang”. lho kok bisa.?
Kata temen ane yang pernah ngomong ke supir truk emang begitu. Kalo seandainya (gak sengaja) tabrakan “diusahakan” korbannya meninggal biar gak banyak ganti ruginya.. kalo cacat bisa ratusan juta katanya.. sadis bener emang.
“..Daripada mengorbankan nyawa seluruh penumpang bus..lebih baik nyawa 1 atau 2 org naek motor yang hilang…” makanya kalau ketemu bus ugal2 an mending turun dari aspal ke tanah aja dah, soalnya para sopir bus juga lagi bawa nyawa banyak orang ganmotor atau kendaraan kecil juga jangan asal salip kalo ga mau tinggal nama..dah salah, ngotot.. itulah pengendara kendaraan kecil yang ane tau… logika sang sopir mending mati aja sekalian, daripada urusan panjang…yang jelas kalo bawa kendaraan, apapun jenis nya harus WASPADA dan SAFETY RIDING…
Makanya kalo truk sering bunyiin klakson, jangan dianggap personal, itu justru mengingatkan kita betapa rapuhnya posisi kita di jalanan kalo berhadapan sama truk. Justru kita musti ngalah kalo truk sampai bunyiin klakson ke kita. Itu pesan moral yg ane tangkap gan.
PHYLOPOP.com - Kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el) meminalisir terjadinya identitas ganda bukan hal baru yang diketahui umum. Namun jika KTP-el dapat mengantisipasi terjadinya perselingkuhan atau suami beristri lebih dari satu secara diam-diam tentu hal ini tidak semua mengetahuinya.
Pasalnya identitas seorang suami hanya tercatat di dalam satu kartu keluarga (KK). Sedangkan di istri selanjutnya, tidak akan ada nama suami.
Misalnya, bagi suami yang memiliki empat istri akan tercatat namanya di satu kartu keluarga. Sedangkan tiga istrinya yang lain tercatat sebagai keluarga, tanpa suami. Namun, statusnya tetap menikah.
“Sekarang ini pencatatan kependudukan seperti itu, satu orang hanya tercatat dalam satu kartu keluarga dan hanya boleh memiliki satu identitas atau alamat,” ujar Prof. Zudan Dirjen Dukcapil Kemendagri.
Zudan menerangkan, suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Di keluarga lain, ibu bisa sebagai kepala keluarga.
“Kan boleh ibu jadi kepala keluarga. Hanya tak ada nama suami, status istri menikah. Kecuali status suami meninggal atau cerai maka ditulis meninggal dan cerai,” pungkasnya.
Bagaimana menurut Phylovers?
PHYLOPOP.com - Gus Dur dan sang murid bernama Dahlan sedang asyik bercanda gurau sambil main tebak pertanyaan.
Gus Dur: "1. Mengapa orang bisa sakit gigi? 2. Mengapa rumput lebih tinggi dari tanaman padi? dan 3. Mengapa wanita kok hamil?" Jawabannya hanya satu coba tebak kalau bisa.
Dahlan: "Wah... jawabnya sulit Gus...!"
Gus Dur: "Ketiga tiganya, hanya sepele jawabnya, yaitu KARENA TERLAMBAT NYABUTNYA"
Semoga Phylovers terhibur!
PHYLOPOP.com - Mau urus KTP-el, Kartu Identitas Anak (KIA), Akta Kelahiran dan dokumen kependudukan lainnya?
Kini Anda dapat berkomunikasi langsung melalui WhatsApp dengan pejabat Dukcapil setempat untuk mengurus semua dokumen tersebut tanpa dipungut biaya apapun alias gratis.
Anda bisa juga memberi saran, masukan, keluhan atau melakukan pengaduan terkait layanan petugas/pegawai.
Silakan download nomor HP/WhatsApp kepala dinas Dukcapil seluruh Indonesia melalui artikel berikut (mohon maaf saat ini baru tersedia sebagian nomor WhatsApp dan akan terus kami update secara berkala).
Judul Artikel:
Jajaran Dukcapil Semakin Dekat dengan Masyarakat
Link artikel untuk download silakan klik:
No Wa Para Kepala Dinas Dukcapil
Jakarta, 15-02-2016
Salam
Tim Media Dukcapil
Kementerian Dalam Negeri
PHYLOPOP.com - Inilah dialog yang terjadi antara Gusdur dan Santri. Bukan bermaksud apa-apa silakan maknai sendiri dan ambil hikmahnya.
Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"
Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."
Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."
Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"
Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."
Santri : "Anti-aging gitu, Gus?"
Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."
Santri : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."
Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."
Santri : "Maksudnya senior apa, Gus?"
Gusdur : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."
Santri : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"
Gus Dur : "Iblis itu dulunya juga penghuni surga, terus di usir, lantas untuk menggoda Nabi Adam, iblis menyelundup naik ke surga lagi dengan berserupa ular dan mengelabui merak sang burung surga, jadi iblis bisa membisik dan menggoda Nabi Adam."
Santri : "Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap saja Nabi Adam yang salah. Gara–garanya, aku jadi miskin kayak gini."
Gus Dur : "Kamu salah lagi, Kang. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal sebelum Nabi Adam lahir… eh, sebelum Nabi Adam diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi."
Santri : "Lah, tapi kan Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga?"
Gus Dur : "Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau tidak, cepat atau lambat, Nabi Adam pasti juga akan diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya, yaitu memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan mengajari Nabi Adam bahasa, kasih tahu semua nama benda. (lihat Al- Baqarah : 31).
Santri : "Jadi di surga itu cuma sekolah gitu, Gus?"
Gus Dur : "Kurang lebihnya seperti itu. Waktu di surga, Nabi Adam justru belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah beliau turun ke bumi."
Santri : "Aneh."
Gus Dur : "Kok aneh? Apanya yang aneh?"
Santri : "Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah Nabi Adam gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan."
Gus Dur : "Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi meski demikian nyatanya Allah memilih Nabi Adam, bukan malaikat."
Santri : "Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu ya, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak."
Santri : "Lalu Nabi Adam berhasil atau tidak, Gus?"
Gus Dur : "Dua-duanya."
Santri : "Kok dua-duanya?"
Gus Dur : "Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan."
Santri : "Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Gus."
Gus Dur : "Siapa bilang? Tentu saja berguna dong. Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (lihat Al-Baqarah: 37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat."
Santri : "Ooh…"
Gus Dur : "Jadi intinya begitulah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang iblisi itu kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa bener sendiri, sehingga menjadi sombong."
Santri : "Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa, Gus? Tidak mengakui Tuhan?"
Gus Dur : "Iblis bukan atheis, dia justru monotheis. Percaya Tuhan yang satu."
Santri : "Masa sih, Gus?"
Gus Dur : "Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok."
Santri : "Terus, kesalahan terbesar dia apa?"
Gus Dur : "Sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran."
Santri : "Wah, persis cucunya Nabi Adam juga tuh."
Gus Dur : "Siapa? Ente?"
Santri : "Bukan. Cucu Nabi Adam yang lain, Gus. Mereka mengaku yang paling bener, paling sunnah, paling ahli surga. Kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Mereka tuduh kafir, ahli bid'ah, ahli neraka. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih, Gus. Orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak, mencuri kitab kitab para ulama. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh."
Gus Dur : "Wah, persis Iblis tuh."
Santri : "Tapi mereka siap mati, Gus. Karena kalo mereka mati nanti masuk surga katanya."
Gus Dur : "Siap mati, tapi tidak siap hidup."
Santri : "Bedanya apa, Gus?"
Gus Dur : "Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama."
Santri : "Lho, kok begitu?"
Gus Dur : "Nabi Adam dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (lihat Al- Baqarah: 37). Bukan waktu di surga."
Santri : "Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?"
Gus Dur : "Pinter kamu, Kang!"
Santri : "Santrinya siapa dulu dong? Gus Dur."
Sumber : Perpustakaan Universitas Menyan Indonesia (UMI)
PHYLOPOP.com - Dalam sidang paripurna kabinet sore hari ini, Rabu, 10 Februari 2016, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 harus terjadi perubahan total. "Artinya, Menteri betul-betul mengendalikan anggarannya dan tidak diberikan ke bawahannya," kata Presiden.
Jajaran di bawah menteri, lanjut Presiden, mulai dari direktur jenderal, direktur hingga di bawahnya hanya memberikan perincian, tetapi arahan rencana program dan kebijakan anggaran harus dipegang menteri.
Presiden meminta agar penggunaan anggaran tidak berprinsip lagi pada "money follow function", karena selama ini seringkali penggunaan anggaran dibagikan sesuai dengan struktur organisasi kementerian. Di Kementerian PU dan Perumahan Rakyat misalnya, anggaran Rp 100 Triliun, dimana terdapat 11 direktorat jenderal dan langsung diberi. Untuk jajaran di bawah setiap Direktorat Jenderal terdapat direktur, dibagi lagi dan dibawah direktur dibagi lagi ke kasubdit, dan akhirnya dibagi lagi ke kepala seksi. “Ini yang menyebabkan anggaran kita hilang tak berbekas, karena duitnya mengikuti organisasi yang ada,” ucap Presiden.
Presiden menyadari bahwa organisasi merupakan suatu hal yang diperlukan, tapi harus diingat adanya program prioritas. Memang akan muncul pertanyaan pada bagian yang belum mendapat anggaran, “lalu saya kerja apa?" Masih banyak yang dapat dikerjakan, kata Presiden.
Hal seperti itu seharusnya terjadi di semua kementerian, sehingga tidak perlu lagi yang namanya setiap unit dalam struktur organisasi kementerian selalu memiliki anggaran. “Itu namanya bagi rata, jadi tidak jelas fokus dan prioritas ke mana,” kata Presiden.
“Jadi yang jelas, harusnya money follow program. Program kita apa, semua fokus ke situ, kalau tidak begini, tidak akan terasa oleh masyarakat. Ini hal yang perlu dipersiapkan secara matang,” ucap Presiden.
Presiden juga meminta untuk memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat. "Saya ingatkan lagi, kata-kata bersayap dengan menggunakan penguatan, pengembangan, pemberdayaan, lupakan itu," ucap Presiden.
Presiden meminta agar penggunaan program langsung menyebut langsung keperluannya. Di Kementerian Kelautan dan Perikanan misalnya, membelib jaring, membeli benih atau membeli ikan. "Sehingga ngontrolnya mudah, mengawasinya menjadi mudah," kata Presiden.
Tim Komunikasi Presiden
Ari Dwipayana