Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 23.55
Phylopop.com - Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah komponen penting dalam system diklat.  Tanpa evaluasi, kita tentu saja tidak mengetahui apakah program diklat yang diselenggarakan oleh suatu lembaga diklat berhasil atau tidak.  Tingkat pencapaian efektifitas dan efisiensi suatu program diklat dapat diketahui dari hasil evaluasi diklat yang kemudian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengendalian diklat sekaligus untuk bahan penyempurnaan diklat di waktu yang akan datang.
Mengukur efektivitas program pelatihan membutuhkan waktu dan sumber daya yang berharga.  Banyak program pelatihan yang gagal memberikan manfaat yang diharapkan organisasi.  Karena itu, memiliki sistem evaluasi yang terstruktur dengan baik akan membantu organisasi menentukan letak permasalahnya.  Salah satu model evaluasi pelatihan yang umum dikenal adalah evaluasi pelatihan Kirkpatrick.  Berikut ini akan dibahas tahapan evaluasi pelatihan menurut Kirkpatrick berikut penerapannya di lembaga diklat seperti Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung. 
A.Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick
Donald Kirkpatrick pada akhir 1950-an mengembangkan suatu model untuk mengukur efektivitas program pelatihan melalui suatu evaluasi dikarenakan beberapa  alasan diantaranya adalah :
a.Mempertanggungjawabkan keberadaan bagian Diklat dengan menunjukkan bagaimana bagian ini berkontribusi terhadap tujuan dan cita-cita organisasi.
b.Membuat keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan program-program pelatihan.
c.Mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan program-program pelatihan selanjutnya.
Model yang umum dikenal dan digunakan ini  telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh beberapa penulis, walau demikian  struktur dasar yang terdiri dari empat tingkat model Kirkpatrick tetap digunakan sampai sekarang.  Ke-4 tahap proses yang dikenal dengan The four level evaluation, merupakan serangkaian proses yang dinamis. Empat tahap evaluasi itu adalah:
a.Reaction (Reaksi). 
Evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah menerima materi pelatihan, yakni evaluasi untuk mengukur minat dan reaksi peserta atas pelatihan.
b.Learning (Pembelajaran). 
Disebut juga evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta setelah menerima pembahasan dari para pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian terhadap tingkat pemahaman ini sangat penting untuk mengetahui apakah peserta materi yang diberikan dalam pelatihan.
c.Behavior (Perilaku) . 
Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan. Tujuannya untuk melihat bagaimana perilaku peserta setelah mengikuti pelatihan, langkah – langkah apa yang sudah dilakukan serta bagaimana sikap stake holder terhadap hasil pelatihan.
d.Result (Hasil). 
Merupakan evaluasi jangka panjang, yakni evaluasi mengenai kinerja lembaga yang terjadi akibat kinerja anggota organisasi yang mengikuti pelatihan. Evaluasi ini dapat dilakukan tiga sampai empat tahun setelah pelatihan.
Tahapan-tahapan di atas tentunya dilakukan secara berurutan atau disesuaikan pada sampai dimana organisasi/lembaga diklat menetapkan tujuan evaluasi. Meskipun demikian, evaluasi yang berurutan sesuai level akan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap walau evaluasi pada tahap yang lebih tinggi akan memakan waktu yang lebih lama dan sulit.
B.Penerapan Model Evaluasi Kirkpatrik
Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan persyaratan yang diperlukan sebagai berikut.
Level 1: Reaksi 
Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut berikut indikator-indikatornya adalah: 
1.Instruktur/ pelatih. 
Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur yang disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi. 
2.Fasilitas pelatihan. 
Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan. 
3.Jadwal pelatihan. 
Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar. 
4.Media pelatihan. 
Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam memberikan materi pelatihan. 
5.Materi Pelatihan. 
Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan. 
6.Konsumsi selama pelatihan berlangsung.
Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
7.Pemberian latihan atau tugas. 
Indikatornya adalah peserta diberikan soal.
8.Studi kasus. 
Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan. 
9.Handouts. 
Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh, apakah membantu atau tidak. 
Bagi penyelenggara diklat seperti Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung, evaluasi untuk level 1 pada setiap diklat yang diselenggarakan telah berjalan dengan baik.  Sebagai contoh, penyelenggara menyiapkan 2 (dua) bentuk evaluasi yaitu evaluasi terhadap pengajar/widyaiswara dan evaluasi terhadap penyelenggara diklat.  Evaluasi terhadap pengajar/widyaiswara meliputi penguasaan materi, sistematika penyajian, kemampuan menyajikan, penguasaan metode dan sarana, ketepatan waktu, sikap dan prilaku, cara menjawab pertanyaan, penguasaan bahasa, pemberian motivasi, pencapaian tujuan, kerapihan berpakaian dan kerjasama tim.  Sedangkan evaluasi terhadap penyelenggara diklat meliputi unsur kepesertaan, kepanitiaan, kurikulum, widyaiswara, akomodasi, konsumsi dan sarana diklat.  
Dengan demikian, dengan kepuasaan peserta atau reaksi peserta terhadap pelaksanaan diklat yang diselenggarakan dapat dibaca dari hasil evaluasi walau masih dirasakan bahwa peserta belum maksimal/obyektif untuk memberikan saran/komentar.  
Level 2: Pembelajaran 
Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dari pelatihan.
Untuk level ini, setiap jenis diklat yang diselenggarakan di BDK Bandung memang telah mempersiapkan soal-soal untuk menguji kemampuan awal peserta diklat atau yang disebut pre-test dan soal untuk mengukur kemampuan setelah pelatihan yang disebut post-test.  Hasil pre-test dan post-test biasanya dilaporkan pada akhir pelaksanaan diklat hanya disayangkan soal-soal pre-test dan post-test memang belum ada yang menganalisis untuk mengetahui bagian mana atau materi mana yang perlu ditingkatkan pada pelaksanaan diklat sejenis yang akan datang.  
Level 3: Perilaku
Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/kompetensi di unit kerjanya masing-masing.
Rencana Tindak Lanjut (RTL) atau rencana aksi merupakan salah satu bentuk evaluasi pada level ini untuk mengetahui perilaku apa yang akan peserta lakukan setelah mendapatkan materi-materi pelatihan atau apa yang akan peserta rencanakan di tempat tugas masing-masing setelah mengikuti pelatihan.  Beberapa diklat di BDK Bandung telah mencantumkan RTL dalam kurikulum diklat dan perlu dipikirkan kembali untuk mengembangkan pada setiap jenis diklat yang akan dilaksanakan.
 Level 4: Hasil
Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan/organisasi sebagai pihak yang berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi perusahan dalam jangka pendek, bukan berarti program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki. 
Evaluasi paska diklat adalah salah satu cara yang dilaksanakan oleh BDK Bandung untuk mengetahui dampak dari pelatihan baik untuk diri sendiri, rekan sejawat dan secara umum untuk organisasi. Walau harus diakui untuk evaluasi pada tahap ini masih sulit untuk diukur.
Penutup
Teknik evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick yang terdiri dari empat tingkat evaluasi yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil sampai saat ini masih diperhitungkan untuk digunakan oleh organisasi penyelenggara diklat untuk mengukur kebehasilan suatu program diklat.  Walau, Kirkpatrick sendiri mengakui bahwa  evaluasi pada tingkat keempat yaitu hasil, masih sulit untuk diukur. Kesulitannya adalah kemampuan untuk memisahkan pelatihan dari banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja jangka panjang.  Yang jelas, suatu pelatihan harus memberikan konsep dan ketrampilan kepada peserta sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
Daftar Pustaka
Antheil, J.H., & Casper, I.G. (1986). Comprehensive evaluation model: A too] for the evaluation of non traditional educational programs. Innovative Higher Education, 11 (1), 55-64. 
Dixon,N.M. (1987).Meet training`s goals without reaction forms. Personnel Journal, 66(8),108-115. 
Endres, G.J., & Kleiner, B.H. (1990). How to measure management training and development effectiveness. Journal of European Industrial Training, 14(9), 3-7. 
Patrick, Donal, L. (2008), Evaluating Training Programs. The Four Level. (1st ed). San Fransisco, Berret – Koehler Publishers.
Rae, Leslie. (2005), Using Evaluation in Training and Development. Ed. Terjemahan.  Jakarta, Bhuana Ilmu Populer. 

Penulis:
Ryna Rachmawati

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.