Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 10.00
PHYLOPOP.com - Kali ini sebagai persiapan Anda menyambut hari kemenangan, Phylopop.com menyajikan enam amalan yang yang disunnahkan Nabi saw ketika hendak melaksanakan shalat Idul Fitri. Sebagian dari amalan ini sudah sering kita lakukan, namun tidak ada salahnya tulisan ini mengingatkan kita semua terutama umat muslim agar benar-benar siap ketika melaksanakan shalat Idul Fitri besok.


Mandi
Siapa pun setuju kalau Islam itu agama yang bersih atau cinta kebersihan. Hadits yang sering kita dengar selalu mengingatkan kita akan kebersihan “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Mandi adalah amalan yang paling sering dilakukan umat Islam untuk membersihkan diri terutama dari hadas besar atau kecil.

Kebiasaan mandi juga merupakan kebiasaan baik yang sering kita lakukan untuk terhindar dari segala kotoran yang menempel di tubuh. Ketika memulai aktivitas di pagi hari, mandi merupakan hal yang tak bisa terlupakan. Bukan saja karena agama mengajarkan, melainkan mandi mencerminkan kita memiliki kesadaran akan kesehatan tubuh.

Menyadari pentingnya mandi tersebut, Nabi Muhammad saw telah mengajarkan kepada kita tata cara dan alasan-alasannya. Termasuk dari ajaran tersebut adalah mandi sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Mandi dalam hal ini dilakukan untuk membersihkan diri dari hadas kecil maupun besar dengan niat untuk melakukan shalat Idul Fitri. Riwayat Musa bin Uqbah dari Nafi bahwa Umar mandi dan memakai wewangian pada hari raya Idul Fitri.

Mandi ini sangat dianjurkan karena moment Idul Fitri identik dengan kembalinya manusia kepada kefitrahan atau kesucian. Dikatakan fitrah atau suci karena pada kondisi ini umat muslim setelah melaksanakan puasa selama sebulan terlahir kembali layaknya bayi yang baru lahir. Ia suci tanpa dosa.

Memakai wewangian
Memakai wewagian juga sangat familiar dalam masyarakat kita terutama setelah mandi dan hendak keluar rumah. Hal ini juga dianjurkan oleh Nabi saw terutama ketika hendak shalat Idul Fitri. Dalam ajaran Islam, memakai wewangian juga punya aturan sendiri, yakni wewangian yang kita pakai tidak boleh mengandung unsur yang haram atau makruh seperti alkohol sejenisnya. Wewangian yang dibenarkan dalam Islam adalah wewangian yang berasal dari bunga-bungaan yang unsur wanginya murni tanpa tambahan alkohol sejenisnya. Memakai wewangian juga memberi kesegaran tersendiri dan tidak menimbulkan bau yang tidak enak meskipun berlama-lama mendengarkan khutbah Idul Fitri atau bersalaman dengan orang lain. Ketika bersilaturahmi dengan sanak famili pun hal ini dianjurkan.

Berhias dengan memakai pakaian terbaik
Hadits yang mendasari amalan ini adalah “berhiaslah dengan pakain yang terbaik” (HR. Bukhari). Pakain yang terbaik dalam hal ini bukan berarti mahal. Pakain terbaik adalah pakain yang bersih dari hadas besar dan hadas kecil serta memiliki makna yang dalam atau paling disukai oleh pemakainya. Nabi saw bianya mengenakan pakain yang putih atau dominan putih, namun bukan berarti yang berwarna lain tidak boleh dikenakan pada Idul Fitri. Asal memenuhi syarat dan ketentuan sesuai syariah, pakaian warna apapun diperbolehkan.

Makan/sarapan terlebih dahulu
Makan atau sarapan terlebih dahulu inilah yang membedakan Idul Fitri dengan Idul Adha. Jika Idul Fitri disunahkan untuk makan/sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Id, maka pada Idul Adha disunahkan untuk berpuasa atau tidak makan sebelum berangkat shalat Id.

Hal ini didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan Nabi saw sebagaimana hadits dari Malik ibn Anas yang menyebutkan bahwa rasulullah saw tidak keluar pada Hari Idul Fitri sebelum Beliau makan beberapa biji buah kurma. Selain sebagai pertanda bahwa puasa telah berakhir, sarapan sebelum shalat Id juga membantu kita untuk dapat melakukan shalat Id dengan baik dan khusu’. Selain itu, sarapan juga memberi tambahan tenaga buat kita untuk dapat langsung bersilaturahmi dengan teman, keluarga dan sanak famili setelah shalat Id dilakukan.

Bertakbir saat berangkat ke masjid
Nabi saw keluar rumah pada hari raya Idul Fitri lalu Beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai setelah shalat. Apabila setelah selesai shalat, Beliau berhenti takbir. Takbir diptraktekkan oleh masyarakat kita dengan mengumandangkannya lewat pengeras suara sebelum, selama dan bahkan setelah beberapa hari melaksanakan shalat Id. Hal ini tidak mengapa sepajang tidak mengganggu rasa aman warga sekitar masjid. Bagaimana pun, kita tetap harus menghargai jika disekeliling kita ada umat non Muslim.

Menempuh jalan yang berbeda antara berangkat dan pulang
Dalam perjalanan ke tempat shalat atau masjid, disunnahkan untuk menempuh jalan yang berbeda antara sewaktu berangkat dengan pulang. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Jabir ra ia berkata “Bahwasanya Rasulullah saw pada hari Idul Fitri mengambil jalan lain, selain jalan yang dilalui sewaktu berangkat” (HR. Bukhari). Menempuh jalan yang berbeda dimaksudkan untuk melewati jalan yang lebih jauh menuju rumah. Dalam perjalanan pulang tersebut bisa dilakukan sambil bersilaturahmi dengan orang lain dan sesekali mampir jika melewati rumah teman, kenalan atau keluarga. Makin banyak Anda bertemu dengan orang lain makin banyak pula Anda akan bersalaman dan bertegur sapa. Demikian juga dengan Idul Fitri Anda semakin bermakna.

Keenam amalan sunnah tersebut telah dipraktekkan oleh Nabi saw dan karena itu kita dianjurkan untuk mengikuti ajarannya. Hal ini tentu akan menambah makna Idul Fitri yang kita rayakan, semoga kita semua dapat meraih hari kemenangan. Amin.



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.