Iqyzain I Make Up Artist and Wedding Gallery 21.18

PHYLOPOP.com – Guling (yang biasa dipeluk ketika tidur itu lo!), pastinya sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Hampir jarang terjadi di atas kasur masyarakat Indonesia tidak ditemukan guling. Tapi, tahukah Phylovers dari mana asal usul dan sejarah adanya guling di Indonesia?

Bagi Phylovers pengagum Pramoedya Ananta Toer, terutama pecinta novel Tetralogi Pulau Buru, tentu sudah sedikit banyak tahu. Pada seri ketiga Tetralogi Pulau Buru di novel “Jejak Langkah”, Pram (sebutan akrab Pramoedya Ananta Toer dalam dunia tulis menulis) menceritakan bagaimana awal mula adanya guling di bumi pertiwi.

Dalam dialog mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi, Wilam membicarakan lelucon-lelucon dari kehidupan tuan tanah bangsa Inggris kepada sahabat-sahabatnya, termasuk Minke.

Diceritakan, konon guling hanya ditemukan di Indonesia. Hal ini terkait erat dengan peristiwa penjajahan Belanda atas Indonesia.

Mula-mula, ketika orang-orang Belanda dan Eropa lainnya datang ke Hindia, mereka tidak membawa serta pacar atau istri-istrinya. Sebagai penggantinya mereka memenuhi hasrat seksualnya dengan cara menggundik.

Tapi, orang Belanda terkenal sangat pelit dari bangsa manapun yang pernah menjajah bangsa lain. Orang Belanda ingin pulang ke negerinya sebagai orang berada. Maka banyak juga yang tidak mau menggundik. Sebagai pengganti gundik mereka membuat guling (gundik yang tidak bisa kentut) yang selalu setia menemaninya sepanjang malam, tentu tanpa bayaran.

Guling juga tidak pernah ditemukan dalam sastra Jawa lama maupun sastra Melayu. Gundik memang bikinan Belanda tulen, yang biasa disebut penjajah itu dengan sebutan Dutch Wife.

Yang lebih mengagetkan lagi adalah bahwa orang pertama yang memberi nama guling sebagai Dutch Wife adalah Raffles, Letnan Gubernur Jenderal Hindia.

Dalam sejarahnya, guling lahir dalam kebudayaan Indisch abad ke-18 atau 19, percampuran antara kebudayaan Eropa, Indonesia, dan China. Kebudayaan ini kemudian menjadi gaya hidup golongan atas.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.